TEMPO.CO, Jakarta - PT Ratu Prabu Energi Tbk. menjadi buah bibir di dunia maya karena rencananya membangun light rail transit (LRT) di Jakarta dan sekitarnya. Netizen tak hanya membahas kapabilitas perusahaan energi itu, tapi juga mempertanyakan hubungan petinggi Ratu Prabu dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
Di media sosial Twitter, terdapat beberapa akun yang membahas hubungan keduanya, di antaranya bernama #NO2ISIS dengan akun @TolakBigotRI. Ia menyebutkan "Siapakah Ratu Prabu yang Ajak Sandi Bikin LRT Rp 320 T? Ternyata oh ternyata masih satu keluarga dengan @sandiuno. Terbongkar dan Sebarkan!! KKN busuk!!" Cuitan tersebut diposting pada 4 Januari 2018 lalu.
Baca: Garap LRT, Sandiaga Uno Sebut Ratu Prabu Pakai Konsultan Ternama
Sementara Iman Brotoseno dengan akun @imanbr pada hari yang sama juga mempertanyakan hubungan keluarga komisaris Ratu Prabu dengan Sandiaga Uno. "Apakah benar istrinya Sandiaga dan istrinya Derek Prabu Maras - Komisaris Utama Ratu Prabu - adalah kakak adik?"
Ada juga akun Desorkes SaveKPK @cagubnyinyir menyebut ada hubungan antara petinggi Ratu Prabu dengan Sandiaga Uno. Pada tanggal 5 Januari 2018 lalu, ia men-tweet "Akal2 an milik sendiri ! Sandiuno: Ratu Prabu bangun LRT DKI! istrinya msh sepupu dgn pemilik Ratu Prabu"
Dikonfirmasi soal tudingan tersebut, Direktur Utama Ratu Prabu, Burhanuddin Bur Maras, membantah ada hubungan keluarga antara petinggi perusahaan dengan Sandiaga Uno. "Saya kepingin kalau dia (Sandiaga Uno) saudara saya. Tapi kebetulan tidak," ujar Burhanuddin pada Tempo, Rabu, 10 Januari 2018.
Namun begitu, Burhanuddin tak membantah keluarganya mengenal Sandiaga Uno. Derek P Maras yang merupakan komisaris utama Ratu Prabu adalah anak Burhanuddin.
Derek dulu pernah menjalin hubungan kasih dengan saudara dari istri Sandiaga Uno. Namun kisah tersebut tak berakhir di pelaminan. "Istri anak saya sekarang orang Tapanuli," ujar Burhanuddin.
Ratu Prabu Energi merupakan perusahaan energi yang berencana membangun jalur tambahan LRT di Jakarta dan sekitarnya. Perusahaan itu menggandeng konsultan asal Amerika, Bechtel Corporation, sejak lima tahun untuk mengkaji proyek tersebut.
Rencananya, perusahaan ingin membangun proyek itu dalam tiga fase dengan total investasi sekitar US$ 30 miliar atau sekitar Rp 400-an triliun. Fase pertama memiliki sembilan rute dengan nilai investasi sekitar US$ 8 miliar atau sekitar Rp 108 triliun.
Usulan LRT tersebut telah disampaikan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Tawaran itu disambut baik Sandiaga Uno. Kini perusahaan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menunggu lampu hijau dari Kementerian Perhubungan.