TEMPO.CO, Surabaya - Suara jingle "Pahlawan Ekonomi" terdengar kencang, mengiringi goyang ibu-ibu berpakaian serba merah putih dari bahan sampah daur ulang. Mereka tidak sedang memperingati Hari Ibu, tapi memeriahkan acara “Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan”.
Sejak Selasa dini hari, 19 Desember 2017, Jalan Tunjungan, Surabaya ditutup, agar masyarakat bisa bebas jalan-jalan di acara “Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan”.
Baca juga: Sri Mulyani Beri Hormat ke Seluruh Perempuan di Hari Ibu
Di antara dentum musik, tangan Trisnawati cekatan meladeni pembeli di tengah terik matahari langit Kota Pahlawan. “Minuman durennya bu, monggo,” ujarnya sembari membuka lemari pendingin.
Senyumnya merekah lantaran ia baru saja meraih gelar juara Pahlawan Ekonomi 2017 kategori Culinary Business. “Rasanya ya senang lah. Bangga dan puas,” kata pemilik usaha Omah Duren itu.
Semula ia hanya ibu rumah tangga biasa, suaminya memiliki toko material bangunan. Bermodal Rp 10 juta, perempuan asli Bulak, Surabaya itu memulai usaha minuman jus durian bernama Udur-Udur. Alasannya simpel, karena sekeluarga penghobi buah durian. “Dari Rp 10 juta itu saya belikan freezer, blender, dan bahan-bahan,” katanya.
Trisna mengaku bukan berasal dari keluarga berlatar belakang wirausaha. Awalnya, ia memproduksi jus durian hanya saat acara arisan, tasyakuran, dan Lebaran. ”Setelah banyak yang memuji jus durian bikinan saya, saya putuskan memasarkan di sekitar rumah,” tuturnya.
Durian didatangkan langsung dari Medan. Menurut Trisna, rasa durian Medan paling enak dan hampir tak mengenal musim. Sehingga, ia tak perlu takut kehabisan stok. Setiap memesan, ia mendatangkan 35 kilogram.
Cara berjualan Trisna waktu itu sederhana, yaitu menitipkannya ke warung dan rumah makan di sekitar Kenjeran. Tahun 2015 berkat ajakan seorang kawan, Choiriyah, ia ikut program Pahlawan Ekonomi meski sempat ragu-ragu.
Dari sanalah, ibu dengan tiga putri itu menimba ilmu-ilmu baru. Mulai dasar bisnis kuliner, manajemen finansial, hingga pemasaran melalui internet. Dunia maya menjadi lahan barunya untuk semakin memperluas jangkauan produk minumannya. “Lama kelamaan laris soalnya promosi lewat online. Semuanya, mulai Whatsapp, Facebook, Instagram. Tak hanya Surabaya, jus duriannya melanglang sampai Jakarta dan Tangerang.
Selain kategori Culinary Business, terdapat dua kategori penghargaan lainnya yakni Home Industry dan Creative Industri. Sebagai inisiator, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memotivasi agar para pelaku usaha semakin meningkatkan kualitas mutu produk dan harga.
“Produk UMKM kalau dibina oleh Pahlawan Ekonomi, rasanya jadi enak, bersih, dan sehat. Harganya bisa lebih tinggi. Dengan begitu, saya berharap, produk warga Surabaya ini bisa masuk ke kelas ekonomi atas,” katanya di depan pengunjung Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan.
Risma mengajak ibu-ibu yang tengah mengembangkan usaha, bisa bergabung ke dalam program Pahlawan Ekonomi tanpa harus bingung memikirkan bentuk usahanya terlebih dahulu. “Jabatan tidak dapat diwariskan. Jadi, lebih baik kita buat usaha sendiri yang bisa diwariskan kepada anak kita. Saya ingin warga Surabaya mau seperti ini dan menjadi tuan dan nyonya di kota sendiri,” tutur dia.
Trisna berujar, tantangan terbesar bisnis jus duriannya ialah dari sisi harga. Ia mengakui, harga produknya dinilai tinggi. Gara-gara ini pula ia khawatir Udur-Udur jadi tak laku. “Tapi saya semangat terus, akhirnya konsumen juga tahu kalau harga durian aslinya memang mahal,” ucapnya.
Kini pendapatan Omah Duren bisa mencapai Rp 11 juta per bulan. Omzetnya makin besar saat bulan Ramadhan. Berkat media sosial, penjualannya melonjak 70 persen.
Ia pun mulai mengembangkan varian produk baru, seperti ketan durian, pancake durian, es salju durian, es kelapa muda durian, sampai sup durian. “Pokoknya masih serba durian,” ujarnya.
Trisnawati adalah salah satu sosok yang perlu mendapat apresiasi di peringatan Hari Ibu ini.