TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Pahala N. Mansyuri yakin kerugian yang terjadi saat keterlambatan (delay) ratusan penerbangan pada awal Desember lalu, akan tertutupi oleh penerimaan perusahaan menjelang lonjakan penerbangan akhir tahun ini. "Kita belum estimasikan berapa kerugian kemarin. Tidak cukup banyak," kata Pahala saat mengunjungi Bandara Soekarno-Hatta, Jumat, 8 Desember 2017.
Kerugian tersebut terjadi karena penundaan dan penjadwalan ulang penerbangan yang mencapai ratusan, kata Pahala, hal itu disebabkan ditutupnya Bandara Lombok dan I Gusti Ngurah Rai. Hingga 800 kru kabin dan kokpit terjebak. "Kami tidak memprediksi bandara akan ditutup," ujarnya.
Baca: Hoax, Lowongan Kerja di Garuda Indonesia Tersebar Viral
Selain itu, Pahala melanjutkan, sistem operasi mengalami masalah karena adanya reschedule dan pembatalan penerbangan yang masif. "Sistem operasi juga kena, karena sejak 18 hari sebelumnya kami menjalankan dua sistem dengan paralel," katanya.
Dalam sehari, kata Pahala, saat itu ada 40 pembatalan penerbangan, ditambah 30 persen penerbangan Garuda itu berhubungan dengan Bali. "Yang banyak pembatalan itu penerbangan internasional," kata Pahala. "Bulan-bulan ini 53 persen penerbangan itu internasional, 47 persennya domestik."
Pahala mengatakan kerugian yang tidak signifikan tersebut akan tertutupi dengan penerbangan menjelang akhir tahun. "Meski high season mungkin mulai minggu depan, tapi kemarin Kamis hari yang biasanya tidak terlalu ramai, booking load factor-nya sudah meningkat," katanya.
On time performance (OTP) Garuda, kata Pahala, juga sudah normal bahkan mencapai 97 persen karena pada 4 Desember OTP Garuda sempat di 60 persen. "Untuk extra flight akhir tahun kami sedang menunggu keputusan regulator terkait slot yang sudah diajukan," katanya.
TAUFIQ SIDDIQ | R.R. ARIYANI