TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Komunikasi Korporat Perusahaan Listrik Negara (PLN) I Made Suprateka mengatakan kemampuan pendanaan PLN cukup untuk membangun listrik 35.000 MW.
Porsi PLN dalam pendanaan pembangunan infrastruktur listrik 35.000 MW yaitu Rp 585 triliun dari total biaya keseluruhan Rp 1.200 triliun.
"Yang 35.000 ini, 10.000-nya dibangun PLN yang 25.000-nya dibangun oleh IPP, swasta," kata I Made Suprateka dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Aula Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis, 30 November 2017.
Simak: Proyek 35 Ribu MW, PLN Kaji Beban Listrik Nasional
Dari pembangunan 35.000 MW menurut Suprateka juga membangun, transmisi 46.800 kms, dan Gardu Induk 109.200 MVA.
"Untuk pembangkit Rp 200 triliun, transmisi dan distribusi, kabel transmisi begitu tower-towernya dan tower induknya Rp 385 triliun," kata Suprateka.
Menurut Suprateka sebelum PLN memiliki program 35.000 MW, PLN belum melakukan financial engineering. "Begitu kita menyiapkan program 35.000 MW manajemen PLN melakukan revaluasi aset," kata Suprateka.
"Dengan dilakukannya revaluasi aset, aset PLN naik berkali-kali lipat. Dulu asetnya Rp 850 triliun, setelah revaluasi menjadi Rp 1.350 triliun, equity 850 triliun," kata Suprateka.
Pada 2014, ratio utang terhadap modal, yaitu 297 persen, sedangkan pada 2017 menjadi 49 persen. Dengan begitu menurut Suprateka saat ini PLN sedang dalam kondisi baik.
"Tidak ada keinginan PLN untuk menaikkan harga," ujar Suprateka.