TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Arab Saudi berpotensi meraup duit hingga USD 560 miliar atau lebih dari Rp 7.500 triliun dari upaya pemberantasan korupsi yang tengah dilakukan oleh Putra Mahkotanya Pangeran Mohammed bin Salman. Dana tersebut bisa diperoleh pemerintah Saudi, jika syarat pembebasan yang ditawarkan putra mahkota disetujui oleh para koruptor.
Melansir dari Middle East Monitor, saat ini Putra Mahkota Arab Saudi itu sedang bernegosiasi dengan beberapa pangeran dan pengusaha tajir terkenal yang menjadi tersangka korupsi dan ditahan untuk pembebasan mereka.
MBS, sapaan putra mahkota Saudi itu, akan membebaskan pangeran dan pengusaha tajir dari tahanan jika mereka menyerahkan 70 persen dari harta kekayaannya, termasuk kekayaan perusahaannya.
"Mereka sedang membuat kesepakatan di Ritz (Hotel Ritz Carlton, Riyadh tempat para koruptor ditahan). Ambil uangnya dan anda akan pulang ke rumah," kata seorang penasehat, 17 November 2017.
Simak: Putra Mahkota Saudi Syaratkan Ini untuk Tersangka Korupsi Bebas
Sejak memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi, MBS telah menangkap dan menahan sekitar 208 orang tersangka korupsi meliputi sedikitnya 40 pangeran, pengusaha, menteri, pejabat pengadilan, dan mantan menteri.
Pangeran sekaligus pebisnis super tajir Saudi, Alwaleed bin Talal juga ditahan sebagai tersangka korupsi. Sosok terkenal Saudi lainnya yang dijadikan tersangka dan ditahan adalah mantan ketua pengadilan Khaled Al-Tuwaijri dan raja media Saudi Waleed Al-Ibrahim.
Pemerintah Saudi telah membekukan sekitar 1.200 rekening bank para tersangka korupsi. Diketahui nilai aset dan kekayaan para tersangka mencapai USD 800 miliar. Dari investigasi yang dilakukan, aparat penegak hukum memperkirakan dapat membawa uang negara kembali sebesar USD 300 miliar. Namun, saat ini yang bisa dikuasai sedikitnya USD 100 miliar.
Sudah banyak yang mencurigai pemberantasan korupsi yang dilakukan putra mahkota Arab Saudi itu merupakan bagian dari strategi lebih besar, yakni untuk menambah dana untuk pemasukan negara yang kering setelah resesi akibat melorotnya harga minyak dunia. Belum diketahui pasti apakah negosiasi itu membuahkan hasil.
Middle East Monitor