TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi
memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018, akan meningkat 0,2 persen
dibandingkan pertumbuhan tahun ini. "Saya perkirakan pertumbuhan ekonomi tahun
depan mencapai 5,3 persen dibandingkan tahun ini yang proksi saya pertumbuhan
akan mencapai 5,1 persen," kata Eric saat dihubungi Tempo di Jakarta, Kamis, 9
November 2017.
Menurut dia, bergairahnya ekonomi tahun depan disebabkan oleh pulihnya konsumsi yang merupakan mesin utama pertumbuhan. Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi faktor utama pengerek pertumbuhan ekonomi seperti program-program populis dan padat karya pemerintah akan memperbaiki daya beli masyarakat.
Selain itu, kenaikan harga komoditas di pasar global akan mendongkrak daya beli rumah tangga yang penghasilannya berkaitan dengan sektor komoditas, misalnya pertambangan, perkebunan dan manufaktur pengolah komoditas.
"Investasi juga bisa tumbuh lebih cepat karena menguatnya permintaan rumah tangga sehingga investor akan menambah investasi dan perbaikan harga komoditas," ucapnya.
Lebih lanjut ia menuturkan ekspor juga bisa membaik karena kenaikan harga komoditas dan kenaikan permintaan dari pasar global. "Pertumbuhan ekonomi tahun depan menurut IMF, misalnya akan naik ke 3,7 persen dibandingkan 3,6 persen pada tahun ini," ucapnya.
Tahun depan, Eric memperkirakan pengeluaran pemerintah untuk program-program populis dan belanja partai politik akan naik menjelang pemilihan kepala daerah serentak. "Jadi daya dorong tahun depan akan lebih besar dibandingkan tahun ini," kata Eric.
Tahun politik juga berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, namun bukan menjadi pendorong utama. Menurut dia, pendorong utama pertumbuhan tetap konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, pengeluaran pemerintah dan pengeluaran partai politik.