TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pebisnis properti masih menunggu kebijakan pemerintah dan perbankan menurunkan suku bunga KPR/KPA setelah suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate turun. Direktur Keuangan PT PP Properti Tbk, Indaryanto, misalnya, mengatakan tidak masalah jika penurunan suku bunga KPR/KPA baru bisa dilakukan tahun depan.
Sebab, kata Indaryanto, Bank Indonesia tahun ini telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, dan itu juga bisa berdampak negatif pada kondisi ekonomi. “Kami menunggu saja, kami kan tidak tahu pelaksanaannya seperti apa. Tapi dari pengembang dengan turunnya suku bunga menjadi kompetitif. Pembeli akan lebih memperoleh kemudahan,” katanya, Ahad, 22 Oktober 2017.
Baca: Pengusaha Properti Yakin Realisasi 1 Juta Rumah Terhambat
Menurut Indaryanto, penurunan suku bunga juga akan membantu tercapainya program satu juta rumah. Sebab hal itu akan memberikan stimulus bagi konsumen untuk mengakses perumahan.
Saat ini PP Properti memang kebih banyak bekerja sama dengan sesama perbankan. Tingkat suku bunga yang ditawarkan 7,5 persen untuk fixed 3 tahun serta 8,5 persen untuk fixed 5 tahun.
Baca Juga:
Hal senada disampaikan Direktur Ciputra Group Harun Hajadi. Ia menyebutkan penurunan BI rate agak sulit diikuti perbankan penyalur KPR untuk menurunkan suku bunga. "Akan tetapi tentu penurunan bunga membantu sentimen masyarakat untuk lebih semangat berinvestasi, dalam hal ini positif untuk investasi properti," katanya.
Saat ini konsumen Ciputra lebih banyak memilih pembiayaan melalui KPR, kemudian pembiayaan in house oleh perusahaan, dan ketiga dalam bentuk cash. Rata-rata kerja sama yang dilakukan Ciputra dengan perbankan memberikakan suku bunga sebesar lebih dari 7 persen.
Sementara itu Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Developement Tbk, Archied Noto Pradono mengungkapkan penurunan suku bunga selalu menarik buat konsumen, terutama di segmen end user dan yang memerlukan upgrade rumah. Selain itu bagi investor hal ini juga merupakan kesempatan karena membuat pasar lebih gairah.
"Saat ini posisi kami harus memancing konsumen salah satunya penurunan bunga sebagai faktor yang kami kombinasikan dengan konsep dan value project sendiri," kata Archied.
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghada mengatakan belum turunnya suku bunga KPR akan banyak menghambat sektor riil termasuk properti. Ali menyoroti bahwa bank BUMN yang seharusnya menjadi lokomotif penyaluran KPR masih memberikan suku bunga di kisaran 10-10,5 persen.
Padahal beberapa perbankan swasta seperti Bank BCA bisa memberikan suku bunga lebih kompetitif. Dengan subsidi pengembang BCA bisa menawarkan suku bunga hingga 5,5 persen. "Spread-nya masih tinggi. Padahal seharusnya ketika suku bunga acuan turun, maka rata-rata suku bunga kredit setidaknya bisa di kisaran 8,5 persen," kata Ali.