Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo di Jakarta, mengatakan sentimen positif dari bank sentral AS (The Fed) yang mempertahankan suku bunga, serta langkah Bank Indonesia yang memangkas suku bunga tergerus oleh sentimen harga minyak mentah dunia. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia berakhir lebih rendah pada Selasa atau Rabu pagi, 1 Maret 2017, waktu Indonesia karena para investor berada di tengah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan minyak Amerika Serikat.
Persediaan minyak mentah Amerika Serikat telah meningkat selama tujuh minggu berturut-turut. Pasar memperkirakan penumpukan kedelapan 2,9 juta barel terjadi pekan lalu.
Jumlah rig Amerika Serikat yang diklasifikasikan sebagai pengeboran minyak naik lima rig menjadi 602 rig pekan lalu, menurut data perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes, Jumat, 24 Februari 2017. Ini adalah pertama kalinya rig minyak Amerika melampaui 600 rig sejak Oktober 2015.
Para analis mengatakan data tersebut memicu kekhawatiran banjir minyak mentah dunia dapat meningkat lagi.
Patokan Amerika, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April kehilangan US$ 0,04 menjadi menetap di posisi US$ 54,01 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, menurut patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun US$ 0,34 menjadi ditutup di level US$ 55,59 per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
8 Januari 2024
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.