Pemerintah, Ekonom Aviliani: Jaga Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Reporter

Editor

Sugiharto

Minggu, 22 November 2015 08:15 WIB

Aviliani. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Aviliani mengatakan di tengah melambatnya ekonomi global, pemerintah mesti menaruh perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Menurunnya harga komoditas berdampak besar terhadap daerah-daerah yang mengandalkan barang mentah untuk di ekspor.

"Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi angka pertumbuhan ekonominya menurun," kata Ekonom Universitas Indonesia dan INDEF ini dalam diskusi Peluang Perbaikan Ekonomi Indonesia di kantor IKA UII, Jakarta, Sabtu, 21 November 2015.

Jika tidak segera diantisipasi, dia melanjutkan, bukan tidak mungkin angka pengangguran akan makin meningkat pada tahun depan. Potensi kenaikan pengangguran masih mungkin terjadi lantaran lemahnya penyerapan tenaga kerja di sektor pertambangan. "Pemerintah harus menangkal angka pengangguran di daerah, terutama yang mengandalkan komoditas," ucap Aviliani.

Tercatat angka pertumbuhan ekonomi di Sumatera pada 2014 mencapai 4,7 persen. Memasuki triwulan I 2015 turun ke 3,5 persen, triwulan II berada di 2,9 persen, dan triwulan III di 3,0 persen. Bahkan di Kalimantan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 -0,4 persen sedangkan pada 2014 ada di angka 3,2 persen.

Hal sebaliknya terjadi di Bali dan Nusa Tenggara. Angka pertumbuhan ekonomi di dua daerah itu malah naik. Pada 2014 tercatat pertumbuhan berada di 5,9 persen dan di triwulan I 2015 naik ke 8,9 persen. "Ini karena Bali dan Nusa Tenggara mengandalkan pariwisata. Mereka diuntungkan dengan kebijakan bebas visa beberapa waktu lalu," kata Aviliani.

Dalam jangka pendek, lanjut Aviliani, sektor pariwisata bisa menjadi solusi. Di sisi lain, semakin banyak wisatawan yang datang devisa pun akan bertambah. Sementara untuk jangka menengah, pemerintah harus bisa mengoptimalkan transfer dana daerah, khususnya dana desa. Aviliani mengatakan keberadaan dana desa bisa menekan angka kemiskinan.

Direktur Eksekutif Kebijakan Moneter Bank Indonesia Yudha Agung menilai penurunan harga komoditas pada 2015 mencapai 15 persen. Situasi yang tidak berbeda masih akan dialami pada tahun depan. Ia memprediksi penurunan harga komoditas sebesar sembilan persen. "Saya berharap pemerintah bisa menggenjot belanja modal pada 2016," kata Aviliani.


ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

3 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

8 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

8 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

8 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

11 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

12 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya