Menteri Keuangan Tak Setuju Penerbitan Obligasi Daerah?

Reporter

Minggu, 25 Oktober 2015 04:14 WIB

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat menggelar jumpa pers di Jakarta, 2 Juli 2015. ANTARA/Vitalis Yogi Trisna

TEMPO.CO, Surabaya – Penerbitan obligasi daerah oleh pemerintah daerah dinilai mendapat dorongan dari berbagai pihak, termasuk Otoritas Jasa Keuangan. Namun Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai hal itu belum diperlukan, meskipun obligasi daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan di tengah lesunya perekonomian.

“Ya kami mendorong, tapi untuk apa mengeluarkan obligasi daerah ketika uangmu masih banyak,” katanya kepada Tempo di sela acara Serah Terima dan Uji Kapal Patroli Cepat di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jumat, 23 Oktober 2015. Uang yang ia maksud adalah dana pemerintah daerah yang masih mengendap di perbankan nasional.

Bambang menegaskan, obligasi daerah baru akan didorong apabila terdapat kebutuhan yang mendesak. Sementara itu ia menyebutkan, dana daerah yang berada di perbankan nasional per bulan September itu mencapai Rp 290 triliun.

“Kalau separuh itu saja dibelanjakan, itu sudah memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Yang kami harapkan, pemda menggunakan dana yang sudah dia miliki. Dia nggak perlu cari uang lagi, uangnya sudah ada,” tuturnya.

Untuk itu, pemerintah daerah diminta segera menggunakan dana daerah dalam bentuk program-program yang dapat menahan laju perlambatan perekonomian. “Tinggal dia mau pakai atau enggak, terutama dipakai untuk keperluan masyarakat. Gunakan uang yang sudah ada di tangan mereka, di rekening bank mereka.”

Di samping itu, Bambang mengingatkan soal risiko penerbitan obligasi daerah dibandingkan dengan optimalisasi penggunaan dana daerah. Penggunaan dana daerah, kata dia, relatif cepat dan tak mengandung risiko. “Kalau obligasi butuh proses, ada risiko. Jadi pakai dulu uang yang sudah ada, yang ditahan.”

Berdasarkan Data Ditjen Perimbangan Keuangan, dana pemerintah daerah yang mengendap di bank hingga akhir September 2015 mencapai Rp 291,5 triliun. Angka tersebut lebih besar dibanding bulan Agustus yang sebesar Rp 261,9 triliun dan pada Juli yang sebesar Rp 261,4 triliun.

ARTIKA RACHMI FARMITA

Berita terkait

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

3 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

PDIP Surabaya Usulkan ke DPP Inkumben Eri Cahyadi-Armuji Maju Pilkada Kota Surabaya

3 hari lalu

PDIP Surabaya Usulkan ke DPP Inkumben Eri Cahyadi-Armuji Maju Pilkada Kota Surabaya

PDIP Surabaya mengusulkan wali kota - wakil wali kota inkumben Eri Cahyadi-Armuji maju ke Pilkada Kota Surabaya 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

4 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Menteri Keuangan Israel Serukan Penghancuran Total Gaza

4 hari lalu

Menteri Keuangan Israel Serukan Penghancuran Total Gaza

Menteri Keuangan Israel menyerukan penghancuran total Kota Rafah, Deir al-Balah, dan Khan Younis di Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

5 hari lalu

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

Kerap kali barang impor bisa terkena harga denda dari Bea Cukai yang sangat tinggi. Bagaimana respons Menteri Keuangan Sri Mulyani?

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

6 hari lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

9 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

9 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

9 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

9 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per

Baca Selengkapnya