ADB Koreksi Pertumbuan Ekonomi Indonesia, Ini Alasannya?

Reporter

Selasa, 22 September 2015 12:16 WIB

Sejumlah pekerja menyelesaikan infrastruktur untuk pembangunan terminal kereta api di Bandara Internasional Kualanamu Kabupaten Deli Serdang, Sumut, Kamis (29/11). ANTARA/Septianda Perdana

TEMPO.CO, Hong Kong - Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) merevisi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia menjadi lebih rendah daripada perkiraan yang dirilis Maret lalu. Tahun ni, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang sebesar 5,8 persen dan 6 persen pada 2016. Angka tersebut lebih rendah ketimbang perkiraan yang dirilis pada Maret lalu.

Menurut ADB, perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina dan India serta pemulihan yang berjalan lamban di negara-negara industri menjadi pertimbangan lembaga keuangan internasional ini menurunkan proyeksi. "Negara-negara berkembang selama ini memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi global. Namun kini mereka tengah menghadap tekanan merosotnya nilai tukar mata uang dan ancaman pelarian modal ke luar," kata Kepala Ekonom ADB Shan-Jin Wei dalam keterangan tertulis, Selasa, 22 September 2015.

Salah satu revisi paling drastis diberikan kepada ekonomi Indonesia. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 turun dari 5,5 persen menjadi 4,9 persen. Sedangkan proyeksi pertumbuhan Indonesia 2016 turun dari 6 persen menjadi 5,4 persen.

Faktor yang menghambat ekonomi Indonesia antara lain belanja infrastruktur yang tertunda. Hal itu akibat dampak merosotnya nilai tukar rupiah karena tingginya porsi utang luar negeri dalam valas dan inflasi dibanding perkiraan.

Shan-Jin menyarankan agar negara-negara berkembang menerapkan kebijakan makroprudensial untuk mengantisipasi gejolak mata uang dan guncangan keuangan lain. Untuk beberapa negara disarankan menerapkan manajemen arus modal (capital outflow) yang baik, seperti pembatasan ketergantungan pada pinjaman luar negeri.

ADB juga merilis proyeksi negatif pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Pada 2015, negara-negara maju diperkirakan hanya bertumbuh 1,9 persen pada 2015, lebih rendah daripada ekspektasi Maret lalu sebesar 2,2 persen. Pertumbuhan di Amerika Serikat terhambat musim dingin dan konflik pekerja. Sedangkan pertumbuhan di Eropa terimbas krisis Yunani. Namun ADB memberikan catatan bahwa pertumbuhan ekonomi AS masih akan berlanjut dan prospek untuk kawasan Eropa masih positif.

Untuk Cina, ADB menurunkan proyeksi pertumbuhan tahun 2015 menjadi 6,8 persen dari ekspektasi sebelumnya 7,2 persen dan lebih rendah daripada pencapaian 2014 sebesar 7,3 persen. Lembaga itu menurunkan proyeksi karena negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mengalami perlambatan investasi dan ekspor dalam delapan bulan pertama 2015.

SETIAWAN ADIWIJAYA

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

4 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

8 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

8 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

9 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

12 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

12 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

15 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya