Industri Barang Konsumen Akan Tumbuh Pesat  

Reporter

Editor

Kamis, 10 Februari 2011 10:54 WIB

Deretan mobil di perakitan mobil PT Astra Daihatsu Motor, Jakarta (TEMPO/Imam Sukamto)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Naiknya pendapatan per kapita penduduk Indonesia menjadi Rp 27 juta per tahun (US$ 3.000) diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan sektor barang konsumen.

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengamati sejak tahun lalu, sektor barang konsumen sudah tumbuh paling cepat dan stabil dibandingkan dengan sektor lainnya.

Sektor ini meliputi seluruh subsektor ekonomi yang berkaitan dengan kebutuhan dasar, menengah, dan kebutuhan mewah mulai dari pangan, perumahan sampai transportasi dan telekomunikasi.

Dalam dua tahun terakhir penjualan barang konsumen tumbuh di atas 20 persen per tahun. Bahkan, penjualan mobil selama 2010 tumbuh 57,13 persen menjadi 763.751 unit.

Tingginya permintaan terhadap barang konsumen tampak dari penyaluran kredit perusahaan pembiayaan tahun lalu yang tumbuh 28,68 persen menjadi Rp 180 triliun. Dari jumlah tersebut, nilai pembiayaan konsumen mencapai Rp 125 triliun atau 69,44 persen.

Kenaikan belanja barang –barang konsumen itu akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan daya beli masyarakat. Apalagi tahun ini pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,4 persen.

"Tantangannya adalah menciptakan industri barang konsumen yang berdaya saing tinggi, sehingga bisa mengalahkan barang impor," kata Rosan P. Roslani, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan, Keuangan, dan Pasar Modal dalam keterangan tertulis kemarin malam.

Hambatan utama yang dihadapi para pemain domestik selain dari birokrasi dan infrastruktur adalah kekurangan modal dan keterbatasan fasilitas pembiayaan jangka panjang dengan skala menengah.

Misalnya, modal investasi untuk menambah alat produksi dan meningkatkan inovasi. Sedangkan modal kerja terutama untuk penambahan sumber daya manusia, jaringan distribusi, dan kegiatan pemasaran serta promosi.

Kadin akan mengupayakan kombinasi sumber permodalan yang lebih beraneka ragam dan instrumen pembiayaan yang lebih inovatif, baik dari bank maupun non bank dari dalam dan luar negeri.

Sedangkan pemerintah bisa mendorong dari sisi kebijakan yang mendorong lahirnya penyedia barang dan jasa konsumen domestik yang besar dan kuat.
Misalnya melalui privatisasi perusahaan negara yang berkaitan dengan industri konsumen seperti Bank Mandiri, BNI dan Garuda.

“Saat ini momentum yang paling tepat, karena kebutuhan modal yang besar bertepatan dengan peningkatan daya beli konsumen dan masuknya arus modal asing," tutur Rosan.

Melalui penambahan modal yang kuat dan kualitas tinggi, perusahaan negara akan menjadi pemimpin pasar. "Jika sudah menjadi pemimpin pasar, barulah mereka bisa mengajak para pemain domestik yang lebih kecil," ucap Rosan.

Kadin mengacungkan jempol atas kinerja pemerintah di tahun 2010 yang mencetak pertumbuhan ekonomi 6,1 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari pada target anggaran negara 2010 sebesar 5,8 persen.

Naiknya pendapatan per kapita nasional sekitar 13 persen dari US$ 2.349,6 (Rp 23,9 juta) menjadi US$ 3.004,9 (Rp 27 juta) tahun 2010 menunjukkan perkembangan positif dalam perekonomian.

Tingkat pendapatan per kapita sebesar US$ 3,000 merupakan standar internasional minimum untuk menciptakan kelas menengah yang kuat dan stabil.

EFRI RITONGA


Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

1 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

6 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

6 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

6 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

8 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

9 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

12 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

19 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya