Ekspansi Aktivitas Manufaktur Lambungkan Harga Minyak
Selasa, 2 November 2010 08:41 WIB
Harga komoditas minyak untuk kontrak bulan Desember ditutup naik US$ 1,52 (1,87 persen) menjadi US$ 82,95 per barel di New York Mercantile Exchange. Ini merupakan level tertingginya dalam dua pekan terahir. Dan pagi ini dipasar Asia harga minyak mentah kembali menguat US$ 0,38 (0,46 persen) ke level 83,33 per barel.
Sedangkan harga gas alam anjlok 5,1 persen menjadi US$ 3,83 mBtu, karena perkiraan cuaca yang mengindikasikan tidak akan ada peningkatan permintaan minyak pemanas. Sebelumnya harga gas alam naik hampir 4 persen akhir pekan lalu.
Sedangkan harga premium untuk kontrak bulan Desember menguat 3 sen (1,6 persen) menjadi US$ 2,09 per gallon
Institute od Supply Management kemarin mengatakan, bahwa indeks aktivitas pabrik AS naik menjadi 56,9 di bulan Oktober kemarin dibanding bulan sebelumnya 54,4. Hasil ini juga lebih tinggi dari perkiraan para analis sebesar 54.
Sebelumnya, indeks aktivitas manufaktur Negeri Tirai Bambu juga naik 54,7 di bulan Oktober kemarin dari posisi bulan Oktober sebesar 53,8. Sehingga memberikan gambaran bahwa ekonomi global tumbuh sehingga akan meningkatkan permintaan minyak.
Program pelonggaran kwantitatif AS akan terlalu kecil jika dana yang akan dikucurkan dibawah US$ 300 miliar, atau The Fed tidak terbuka sehingga tidak bisa memberi inspirasi pagi para investor,” kata Tony Crescenzi dari Pimco. Dan The Fed juga harus menghindari pemicu inflasi.
Jumat lalu, Departemen perdagangan juga melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) AS tumbuh 2 persen pada triwulan ketiga 2010, meskipun sedikit dibawah perkiraan. Berita ini juga memberikan harapan bank sentral AS akan mengumumkan langkah – langkah kongkrit setelah dolar mengalami tekanan.
Analis dari The Schork Group di Philadelphia, Hamzah Khan menjelaskan minyak saat ini tempat yang tepat berinvestasi atas apa yang terjadi terhadap dolar AS. Penguatan dolar biasanya berdampak negatif terhadap harga komoditas seperti emas dan minyak karena membuat harganya mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Dolar berada dalam tekanan selama dua bulan terakhir karena ekspektasi pelonggaran kwantitatif, dan korelasi negatif antara dolar AS dan minyak menjadi semakin kuat. “Bulan lalu, korelasi penurunan dolar dengan kenaikan minyak mendekati kebenaran 80 persen,” kata Khan
Indeks dolar AS terhadap mata uang rival utamanya turun pagi ini kembali turun 0,026 (0,03 persen) ke level 72,27.
Bursa saham Wall Street diwal perdagangan kemarin berhasil menguat dipicu oleh naiknya indeks manufaktur Cina, tetapi di siang hari berbalik arah turun karena adanya ketidakpastian menunggu hasil pemilihan paruh waktu (selasa) dan pernyataan The Fed (Rabu). Indeks Dow Jones industri akhirnya ditutup hanya naik tipis 6,13 poin (0,06 persen) menjadi 11.125, meskipun sebelumnya sempat naik lebih dari 125 poin.
MARKETWATCH/ VIVA B. KUSNANDAR