Prabowo Janji Swasembada Pangan, Apa Kata Para Pengamat?

Editor

Nurhadi

Kamis, 24 Oktober 2024 15:27 WIB

Presiden Prabowo Subianto sebelum memimpin sidang perdana Kabinet Merah Putih di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2024. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengamat menyangsikan dan mengkritik ambisi Presiden Prabowo Subianto mengejar target swasembada pangan melalui program cetak sawah atau lumbung pangan dalam lima tahun ke depan.

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, mengatakan lahan-lahan pertanian baru yang dicetak pemerintah tak bisa langsung berhasil dalam sekali panen. "Itu enggak mudah dan pasti buka dari lahan bukaan baru itu tidak kayak simsalabim, sekali tanam akan bisa berhasil," katanya, Rabu, 23 Oktober 2024.

Untuk bisa membuahkan hasil, Khudori mengatakan food estate memerlukan berkali-kali percobaan hingga lima atau enam musim tanam. Artinya, dengan asumsi setahun ada dua kali musim tanaman, food estate memerlukan waktu sedikitnya tiga hingga empat tahun sampai panen berhasil.

Peneliti bidang pertanian dari Center of Reform on Economics, Eliza Mardian, berpendapat bahwa program food estate tidak akan cukup mewujudkan target swasembada pangan. Lebih dari itu, ia menilai program tersebut berisiko merusak lingkungan karena selama ini program tersebut tidak memenuhi kaidah ilmiah.

Ia mencontohkan kegagalan food estate di era Soeharto, program lumbung pangan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dan sejumlah program food estate rezim Jokowi. Eliza memperingatkan pemerintahan saat ini agar tidak mengulang masalah akibat penyusunan teknis yang tak sesuai kajian ilmiah.

Advertising
Advertising

“Jangan banyak trial dan error karena kapasitas fiskal kita terbatas. Pemerintah harus bijak dalam membelanjakan untuk menjalankan program,” ujarnya.

Direktur Next Policy, Yusuf Wibisono, mengatakan bahwa masalah kapasitas produksi beras di Indonesia tidak hanya soal iklim dan cuaca. Masalah juga disebabkan oleh minimnya ketersediaan pupuk dan jumlah petani yang kian menurun. Hal itu membuat Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor pangan terbesar di dunia.

Dengan menjadi salah satu importir pangan terbesar, Yusuf menekankan, Indonesia akan selalu terpapar risiko impor dan politik proteksionisme pangan global. Yusuf berharap pemerintah bisa memprioritaskan perlindungan lahan sawah yang tersisa, terutama di Jawa.

Menurut dia, membuka lahan untuk food estate di luar Jawa sebagai kompensasi atas hilangnya sawah pulau ini justru salah arah, mahal, dan berisiko tinggi untuk ketahanan pangan nasional dalam kaitannya terhadap swasembada pangan.

KORAN TEMPO | HAN REVANDA PUTRA

Pilihan Editor: Sudaryono Pastikan Kementerian Pertanian dan Kementerian Pertahanan Tetap Berkolaborasi di Proyek Food Estate

Berita terkait

Rekam Jejak Mari Elka Pangestu, Utusan Khusus Prabowo yang Pernah Didesak Mundur dari Kursi Mendag

16 menit lalu

Rekam Jejak Mari Elka Pangestu, Utusan Khusus Prabowo yang Pernah Didesak Mundur dari Kursi Mendag

Prabowo menunjuk Mari Elka Pangestu sebagai salah satu Utusan Khusus Presiden. Bagaimana sosoknya?

Baca Selengkapnya

Hashim: Program-Program Prabowo Merupakan Cita-Cita Papi

19 menit lalu

Hashim: Program-Program Prabowo Merupakan Cita-Cita Papi

Prabowo begitu bersemangat saat ia bisa menjalamkan pemikiran dan program-program yang direncanakan oleh orang tua mereka sejak 50 hingga 60 tahun yang lalu.

Baca Selengkapnya

Presiden Prabowo Naik Maung Putih saat Tiba di Akmil Magelang

32 menit lalu

Presiden Prabowo Naik Maung Putih saat Tiba di Akmil Magelang

Ratusan warga bersiap dan prajurit berjaga di sekitar Akmil Magelang untuk menyapa Prabowo.

Baca Selengkapnya

Pasang-Surut di Era Jokowi, Ini 9 Rekomendasi Kebijakan Transisi Energi untuk Presiden Prabowo

50 menit lalu

Pasang-Surut di Era Jokowi, Ini 9 Rekomendasi Kebijakan Transisi Energi untuk Presiden Prabowo

Sebanyak 9 rekomendasi kebijakan transisi energi untuk Presiden Prabowo dikelompokkan dalam empat klaster utama.

Baca Selengkapnya

Cerita Para Menteri Tegang sampai Berdoa Lantang saat Naik Hercules ke Akmil Magelang

56 menit lalu

Cerita Para Menteri Tegang sampai Berdoa Lantang saat Naik Hercules ke Akmil Magelang

Alhamdulillah, saya dengar banyak yang doanya agak kencang suaranya. Semua tanpa ajudan atau pendamping," kata Menteri Komunikasil Meutya Hafid

Baca Selengkapnya

Kementerian ATR/BPN Sebut Kesediaan Tanah Masih Minim untuk Bangun 3 Juta Hunian

1 jam lalu

Kementerian ATR/BPN Sebut Kesediaan Tanah Masih Minim untuk Bangun 3 Juta Hunian

Sekretaris Jenderal Kementerian ATR/BPN Suyus Windayana mengatakan kesediaan tanah di Indonesia untuk membangun rumah masih cukup minim.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Sri Mulyani dan Para Menteri Kabinet Merah Putih Naik Hercules ke Magelang, Profil Iwan Bomba Utusan Khusus Prabowo

1 jam lalu

Terkini Bisnis: Sri Mulyani dan Para Menteri Kabinet Merah Putih Naik Hercules ke Magelang, Profil Iwan Bomba Utusan Khusus Prabowo

Sri Mulyani memasang foto di media sosial, saat ia dan menteri Kabinet Merah Putih naik pesawat Hercules menuju Magelang, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Hashim Ungkap Potensi Pemanfaatan Serapan Karbon RI: Nilainya Mencapai Rp 190 Triliun

1 jam lalu

Hashim Ungkap Potensi Pemanfaatan Serapan Karbon RI: Nilainya Mencapai Rp 190 Triliun

Hashim Djojohadikusumo menyatakan Indonesia berpotensi mendapatkan tambahan anggaran dari pemanfaatan serapan karbon (kredit karbon). Berapa nilainya?

Baca Selengkapnya

Ketika Menkeu Sri Mulyani Pamer Foto Naik Hercules untuk Retreat Kabinet Merah Putih ke Magelang

2 jam lalu

Ketika Menkeu Sri Mulyani Pamer Foto Naik Hercules untuk Retreat Kabinet Merah Putih ke Magelang

Sebanyak 108 menteri, wakil menteri, kepala badan dan pejabat setingkat menteri menjalani retreat bersama Presiden Prabowo ke Akmil Magelang.

Baca Selengkapnya

Prabowo Minta Kementerian Pelajari Lagi APBN, Kurangi Acara Seremonial dan Dinas Luar Negeri

2 jam lalu

Prabowo Minta Kementerian Pelajari Lagi APBN, Kurangi Acara Seremonial dan Dinas Luar Negeri

Dengan bertambahnya jumlah kabinet, Presiden Prabowo minta para menteri mengurangi acara seremonial hingga perjalanan dinas luar negeri kementerian

Baca Selengkapnya