BI dan Kemenkeu Beda Proyeksi Kurs di RAPBN 2025, Ekonom: Satu Moneter, Satu Fiskal

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Grace gandhi

Kamis, 29 Agustus 2024 20:51 WIB

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.692 pada perdagangan hari ini. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berbeda pandangan dalam memproyeksikan nilai tukar rupiah tahun 2025, sebelum akhirnya disepakati Rp 16 ribu dalam asumsi makro RAPBN 2025.

BI meyakini kurs rupiah tahun 2025 bakal menguat di rentang Rp 15.300 hingga Rp 15.700 per dolar AS tahun depan. Sementara itu, Menteri Keuangan memproyeksikan kurs rupiah berada di level Rp 16.100 per dolar AS.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) David Sumual mengatakan, perbedaan proyeksi nilai tukar rupiah antara BI dan Kemenkeu adalah hal yang wajar. BI memandang dari sisi moneter, sedangkan Kemenkeu dari sisi fiskal.

"Nah, itu makanya kan ada diskusi antara pemerintah, BI, dan DPR untuk cari titik temu. Pasti ada perbedaan-perbedaan pandangan," kata David kepada Tempo pada Kamis, 29 Agustus 2024.

Dia menjelaskan, BI mungkin melihat peluang pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS The Fed. "Jadi, bisa saja nanti pengaruhnya tentu ke domestik, aliran modal diharapkan lebih baik tahun depan."

Advertising
Advertising

Sementara itu, kata David, Kemenkeu menghitung proyeksi kurs ke depan dengan asumsi yang mungkin lebih konservatif. Mengingat, kondisi global yang masih penuh ketidakpastian.

Selanjutnya: "Tapi, ini kan sudah sampai ke titik temunya...."

<!--more-->

"Tapi, ini kan sudah sampai ke titik temunya. Saya pikir tidak ada masalah. Akhirnya kan sudah keluar Rp 16 ribu itu ya," tuturnya.

Menurut David, dinamika saat ini saling beririsan atau cross-section antara kondisi The Fed, geopolitik, serta Pemilu AS. Tiga hal ini, kata dia, harus benar-benar dicermati karena semuanya penuh ketidakpastian.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan proyeksi rupiah di kisaran Rp 15.300 hingga Rp 15.700 per dolar AS sesuai dengan kondisi fundamental RI saat ini. “Tentu saja dengan asumsi tidak ada kondisi geopolitik atau kondisi lain yang bisa memberikan tekanan-tekanan pada nilai tukar pada 2025,” katanya dalam rapat dengan Komisi XI DPR di Senayan, Jakarta Pusat Rabu, 28 Agustus 2024.

Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan volatilitas global masih membayangi perekonomian Indonesia, sehingga prediksi nilai tukar pun dikoreksi. “Meskipun month-to-date terjadi apresiasi rupiah sebesar 5 persen, sehingga sekarang pada level di bawah 16.000,” kata bendahara negara itu di DPR.

Menurut Sri Mulyani, target tersebut menunjukkan kehati-hatian pemerintah. Proyeksi nilai tukar juga akan berdampak pada postur baik penerimaan, belanja dan pembiayaan. “Maka, kami mencari titik yang bisa menjaga fiskal dan memberi ruang fiskal dan moneter terjaga,” ujar Sri Mulyani.

ILONA ESTHERINA

Pilihan Editor: 5 Karyawan BEI yang Terima Suap Loloskan IPO Dipecat, Sejauh Mana Keterlibatan OJK?

Berita terkait

Ini Syarat Bangun Rumah Sendiri Tak Kena Pajak 2,4 Persen

5 jam lalu

Ini Syarat Bangun Rumah Sendiri Tak Kena Pajak 2,4 Persen

Menengok ketentuan dan studi kasus membangun rumah sendiri bebas pajak 2,4 persen pada 2025

Baca Selengkapnya

BI Diminta Pertahankan Suku Bunga Acuan di 6,25 Persen pada Rapat Dewan Gubernur Hari Ini, Kenapa?

6 jam lalu

BI Diminta Pertahankan Suku Bunga Acuan di 6,25 Persen pada Rapat Dewan Gubernur Hari Ini, Kenapa?

Menurut analisis LPEM FEB UI, BI perlu mempertahankan suku bunga acuan di angka 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) kali ini.

Baca Selengkapnya

BI Adakan Rapat Dewan Gubernur Besok, Ekonom Sarankan Pangkas Suku Bunga Acuan

2 hari lalu

BI Adakan Rapat Dewan Gubernur Besok, Ekonom Sarankan Pangkas Suku Bunga Acuan

Bank Indonesia akan menentukan penurunan, penaikan, atau penahanan suku bunga acuan setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari mulai besok.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat Sore Ini, Analis Prediksi Lanjut Hingga Pekan Depan

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat Sore Ini, Analis Prediksi Lanjut Hingga Pekan Depan

Ibrahim memprediksi rupiah masih akan tetap menguat pada Selasa pekan depan, 17 September 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonom Desak BI Berani Ambil Keputusan Segera Turunkan Suku Bunga, Ini Sebabnya

5 hari lalu

Ekonom Desak BI Berani Ambil Keputusan Segera Turunkan Suku Bunga, Ini Sebabnya

Indef meminta BI berani mengambil keputusan pelonggaran dan tidak terlalu bergantung suku bunga acuan AS. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Kumpulkan Pajak Ekonomi Digital Rp 27,5 Triliun dari Lokapasar, Pinjol hingga Kripto

5 hari lalu

Kemenkeu Kumpulkan Pajak Ekonomi Digital Rp 27,5 Triliun dari Lokapasar, Pinjol hingga Kripto

Sejak 2022 hingga Agustus 2024 pemerintah telah menarik pajak ekonomi digital mencapai Rp 27,5 triliun. Sumbernya dari lokapasar, krripto, pinjol hingga dari sistem informasi pengelolaan pajak atau SIPP

Baca Selengkapnya

Kabinet Gemuk Prabowo akan Berisi 44 Menteri, CELIOS: Beban Fiskal Sudah Sangat Berat

5 hari lalu

Kabinet Gemuk Prabowo akan Berisi 44 Menteri, CELIOS: Beban Fiskal Sudah Sangat Berat

CELIOS berpendapat penambahan kementerian di kabinet Prabowo Subianto akan memberatkan anggaran. Langkah tersebut justru dinilai bakal menghambat ambisi Prabowo mengerek pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Celios Beberkan 10 Lubang Fiskal Warisan Jokowi: Lonjakan Utang hingga Delusi Pembangunan IKN

5 hari lalu

Celios Beberkan 10 Lubang Fiskal Warisan Jokowi: Lonjakan Utang hingga Delusi Pembangunan IKN

Pengamat dari Celios membeberkan sepuluh lubang fiskal yang diwariskan oleh Jokowi. Mulai dari banyaknya utang hingga delusi pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Perdagangan Hari Ini, Diprediksi Kembali Menguat Besok

6 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Perdagangan Hari Ini, Diprediksi Kembali Menguat Besok

Nilai Rupiah mengalami penguatan terhadap Dolar AS pada akhir perdagangan Rabu, 11 September 2024. Hal ini disebabkan melemahnya indeks Dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Melemah Sepekan Terakhir, Hipmi: Karena Ketidakpastian Global

7 hari lalu

Rupiah Melemah Sepekan Terakhir, Hipmi: Karena Ketidakpastian Global

Hipm menyebutkan lemahnya nilai tukar rupiah selama sepekan terakhir disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya