Cerita Korban Dugaan TPPO Kapal Run Zeng 03 yang Tak Digaji

Reporter

Ikhsan Reliubun

Editor

Aisha Shaidra

Kamis, 22 Agustus 2024 17:41 WIB

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pung Nugroho Saksono

TEMPO.CO, Jakarta - Anak buah kapal yang bekerja di kapal ikan berbendera Rusia, Run Zeng 03, mengaku tak pernah diupah selama pertama bekerja pada 27 Maret 2024. Organisasi yang mendampingi mereka menyatakan para pekerja ini korban Tindak pidana perdagangan orang atau TPPO.

Salah satu korban, MS bercerita bahwa ia bersama lima rekannya memutuskan melompat dari kapal karena mereka tak mendapatkan gaji selama bekerja. "Kami lompat itu ada isu Run Zeng 03 mau operasi lagi," ujar MS kepada Tempo di Badan Reserse Kriminal Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 22 Agustus 2024.

Menurut MS, dia direkrut dan diberangkatkan bersama sejumlah anak buah kapal. Mereka berjumlah 55 orang. Kapal yang membawa mereka dari Pelabuhan Juwana, Pati, Jawa Tengah, itu bertolak pada 27 Maret 2024. Mereka menuju perairan Kepulauan Aru, Maluku.

Di sana, ada dua kapal asing, yaitu Run Zeng 03 dan Run Zeng 05 yang tengah berlabuh di tengaj laut. Mereka baru tiba di perairan Kepulauan Aru itu pada 6 April 2024. Di sini, menurut MS, mereka dibagi kedua kapal asing itu. Dari 55 orang anak buah kapal, MS dan 26 orang lainnya ditugaskan bekerja di Run Zeng 03.

Saat mereka memprotes menanyakan premi dan THR, pihak perusahaan bernama Gunawan mengatakan sudah membayar ke pihak kapal. "Saya sudah kasih gaji kalian lho di darat," kata MS, menirukan ucapan Gunawan.

Advertising
Advertising

Para anak buah kapal ini menghubungi Gunawan melalui orang kepercayaannya yang bekerja sebagai ABK di Run Zeng 03. Menurut MS, gaji yang dimaksud itu adalah duit sebesar Rp 500 ribu yang diberikan melalui Oki dan diserahkan kepada 55 pekerja sebelum bertolak ke Kepulauan Aru.

Saat itu, MS mengatakan dia lima rekannya memutuskan melompat dari kapal Run Zeng 03. Mereka melompat pada 11 April 2024. Mereka memutuskan lompat karena mendapatkan kabar Run Zeng 03 mau kembali beroperasi. "Saya yang lompat duluan," kata dia.

MS mengatakan, kabar akan Run Zeng 03 mau kembali melaut itu yang mendorong dia dan rekannya melompat ke laut. Jarak antara kapal dan daratan 8 kilometer. "Karena kalau jalan lagi kami pasti enggak dapat apa-apa lagi," ucap dia.

MS mengatakan saat berenang mereka ditemukan sebuah kapal ikan yang telah beroperasi. Kapal itu langsung mengangkut kelima orangnya. Sementara satu rekannya, J tak diketahui. Kelima orang ini dibawa ke Penambulai, Pulau Warabal, Kepulauan Aru.

Lima hari berikutnya mereka menerima kabar bahwa J, kelahiran Binjai, Sumatera Utara, yang tinggal di Pekalongan, itu meninggal dunia. MS mengakui pria asal Pekalongan itu meninggal tanpa kepala. Dia ditemukan di Koijabi. Namun selama itu mereka tak pernah bertemu langsung jenazah J. "Kami lihat dari foto," ucap MS.

Pilihan editor: KKP Tangkap Kapal Asal Vietnam Mencuri Ikan di Perairan Natuna

Berita terkait

Sindikat TPPO di Myanmar Minta Tebusan Rp 550 Juta ke Keluarga Korban di Sukabumi

1 hari lalu

Sindikat TPPO di Myanmar Minta Tebusan Rp 550 Juta ke Keluarga Korban di Sukabumi

Sejumlah warga Kabupaten Sukabumi menjadi korban TPPO dan disekap di Myanmar. Mereka dijanjikan bekerja di bisnis kripto di Thailand.

Baca Selengkapnya

WNI Bekerja Jadi Scammer Online di Myanmar, Migrant Care Minta Pemerintah Efektifkan Gugus Tugas TPPO

2 hari lalu

WNI Bekerja Jadi Scammer Online di Myanmar, Migrant Care Minta Pemerintah Efektifkan Gugus Tugas TPPO

Migrant Care mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan preventif setelah ramai kasus TPPO di Myanmar.

Baca Selengkapnya

Kemenlu Jekaskan Mekanisme Pemulangan WNI Korban TPPO di Luar Negeri

2 hari lalu

Kemenlu Jekaskan Mekanisme Pemulangan WNI Korban TPPO di Luar Negeri

Kemenlu mengatakan terdapat dua mekanisme pemulangan WNI korban TPPO di luar negeri. Tidak selalu jadi korban TPPO.

Baca Selengkapnya

Fakta WNI Jadi Korban TPPO di Myanmar: Kerja 15 Jam, Dipukul dan Disetrum

2 hari lalu

Fakta WNI Jadi Korban TPPO di Myanmar: Kerja 15 Jam, Dipukul dan Disetrum

Sejumlah Sukabumi dikonfirmasi menjadi korban TPPO atau perdagangan orang di Myanmar.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dinilai Lamban Tangani WNI Korban TPPO di Myanmar

2 hari lalu

Pemerintah Dinilai Lamban Tangani WNI Korban TPPO di Myanmar

Pluhan warga Indonesia yang diduga menjadi korban TPPO saat ini tersandera di Myanmar. Mereka dipekerjakan secara paksa dan mendapat siksaan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswi Unsoed Laporkan Kekerasan Seksual, Polresta Banyumas Periksa 10 Orang

2 hari lalu

Mahasiswi Unsoed Laporkan Kekerasan Seksual, Polresta Banyumas Periksa 10 Orang

Polresta Banyumas telah memeriksa 10 orang dalam kasus kekerasan seksual yang dilakukan terhadap mahasiswi Unsoed.

Baca Selengkapnya

Bebas Visa Sesama ASEAN, Ini Rute yang Kerap Dipakai Mengirim WNI ke Myawaddy Myanmar

3 hari lalu

Bebas Visa Sesama ASEAN, Ini Rute yang Kerap Dipakai Mengirim WNI ke Myawaddy Myanmar

Sejumlah WNI diduga terjebak menjadi pekerja online scammer di wilayah konflik Myawaddy Myanmar.

Baca Selengkapnya

Kemenlu Terima Laporan soal Dugaan TPPO di Kamboja: Korban Sakit Kronis hingga Meninggal Dunia

5 hari lalu

Kemenlu Terima Laporan soal Dugaan TPPO di Kamboja: Korban Sakit Kronis hingga Meninggal Dunia

Handi Musaroni diduga menjadi korban TPPO, gaji tak dibayar perusahaan, sakit kronis, hingga meninggal dunia.

Baca Selengkapnya

Video 20 WNI Disekap dan Disiksa di Myanmar, Kemenlu Deteksi Mereka Ada di Wilayah Terpencil Hpa Lu

5 hari lalu

Video 20 WNI Disekap dan Disiksa di Myanmar, Kemenlu Deteksi Mereka Ada di Wilayah Terpencil Hpa Lu

Kemenlu telah mendeteksi keberadaan 20 WNI yang ada dalam video viral, penyiksaan dan penyekapan di Myanmar. Diduga korban onlien scammer.

Baca Selengkapnya

Kemenlu Sebut Ada 107 WNI Korban TPPO di Myanmar sepanjang tahun 2024

6 hari lalu

Kemenlu Sebut Ada 107 WNI Korban TPPO di Myanmar sepanjang tahun 2024

Kemenlu menyatakan telah berhasil memulangkan 44 orang WNI korban TPPO di Myanmar, 63 orang lainnya masih diupayakan.

Baca Selengkapnya