Pakaian Impor Diduga Ilegal Diperjualbelikan di Tanah Abang

Reporter

Nandito Putra

Editor

Aisha Shaidra

Rabu, 17 Juli 2024 01:57 WIB

Seorang pedagang melayani pembeli di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024) atau bertepatan dengan 22 Ramadhan 1445 Hijriah. ANTARA/Lia Wanadriani Santosa/am.

TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah kondisi industri tekstil yang sedang terpuruk, sejumlah pengusaha menyebut betapa mudahnya pakaian impor mudah masuk ke Indonesia. Salah satunya dari Cina. Pusat Grosir Tanah Abang, disebut sebagai salah satu tempat di mana pakaian impor itu diperjualbelikan. Tempo mencoba mencari tahu hal tersebut pada Jumat pekan lalu.

Blok A Pasar Tanah Abang pada Jumat, 12 Juli 2024, tampak lengang. Tak semua kios toko buka saat Tempo menyambangi lantai II yang dikhususkan untuk grosir pakaian anak-anak. Suriadi, 33 tahun, salah seorang penjaga toko, bercerita, pasar Tanah Abang akan cukup ramai pada hari Sabtu atau Ahad. "Kalau dulu bisa dibilang pada hari-hari biasa tetap ramai. Sekarang hanya ramai menjelang Ramadan dan Lebaran saja," katanya.

Pemandangan serupa juga terlihat di Blok F dan Blok B. Kebanyakan penunggu toko tampak duduk-duduk sembari bercengkrama. Sesekali mereka memanggil pengunjung yang lewat. Pada siang menjelang sore itu, sebagian besar penjaga toko tak terlalu sibuk. Termasuk Suriadi, yang sejak sebulan ini mengaku belum terima orderan. Pakaian yang dijual secara grosiran di Blok A, Blok B dan Blok F, kata Suriadi, adalah hasil produksi konfeksi rumahan.

Suriadi mengakui transaksi jual beli produk hilir tekstil di Tanah Abang sudah menurun sejak pandemi 2020 lalu. Semenjak itu menurutnya pola belanja masyarakat banyak beralih ke belanja dari melalui lokapasar. "Tetapi langganan kita yang dari daerah-daerah tetap ada yang belanja, jumlahnya saja agak berkurang," katanya, Jumat, 12 Juli 2024.

Belakangan, sejumlah asosiasi pengusaha tekstil dan produk tekstil ramai-ramai menyuarakan produk impor yang diduga menyusup secara ilegal ke pasar domestik. Menanggapi isu tersebut, Suriadi mengaku sudah lama mengetahuinya. Tapi, kata dia, pakaian ilegal tidak berdampak langsung terhadap penjualan para pedagang pakaian grosir. "Biasanya itu banyak pakaian trifting. Secara langsung tentu tidak terasa dampaknya," kata dia.

Advertising
Advertising

Di Pasar Tanah Abang, tepatnya di Blok Little Bangkok, kata Suriadi, cukup mudah menjumpai pakaian impor. Harganya cukup murah dengan kualitas barang setara dengan baju yang ada di mal-mal. "Apakah itu ilegal atau tidak, saya tidak tahu. Tapi harganya memang murah dan orang selalu ramai di sana. Di Blok Metro juga ramai itu," ujar dia.

Saat Tempo mendatangi Blok Little Bangkok, yang bersisian langsung dengan Blok A, jumlah pengunjung sangat kontras dibandingkan Blok yang lain. Kebanyakan pembeli adalah kaum perempuan.

Little Bangkok Tanah Abang merupakan area berbebelanja baru yang diresmikan pada Senin, 15 Januari 2024. Lokasi persisnya terletak di Jembatan Metro Lantai 1 (JMTA), yang menghubungkan Metro Tanah Abang dengan Pasar Tanah Abang Blok B. Area perbelanjaan ini terinspirasi dari fenomena penjualan pakaian online melalui jasa titip (jastip) dan selebgram dari Bangkok, Thailand.

Blok yang terdiri dari 50 gerai ini didesain lebih modern dibandingkan gerai lainnya di pasar Tanah Abang. Interior masing-masing toko terlihat lebih rapi dan mewah. Para pedagang tidak menumpuk pakaian di gerai. Hanya beberapa saja yang dipajang dan ditata rapi layaknya di mal-mal.

Emerlina, warga Tangerang, tampak antusias memilah pakaian di salah satu gerai di Little Bangkok. Perempuan 30 tahun ini mengaku harga baju di sini lebih murah dibandingkan toko lain termasuk di marketplace atau lokapasar. "Ini barang impor, Mas. Kualitasnya masih terlihat seperti baru," kata dia kepada Tempo. Siang itu, Emerlina membawa pulang tiga setel atasan dengan total harga Rp320 ribu.

Dia mengatakan pakaian serupa di mal-mal bisa dijual hingga Rp500 ribu per helainya. Salah seorang pedagang mengatakan barang-barang yang ia jual memang diimpor dari Cina.

Tempo coba menawar beberapa kemeja flanel di salah satu gerai. "Satunya Rp 65 ribu, kalau ambil grosir, Rp50 ribu saja," kata si penjual. Saat ditanyai dari mana sumber baju impor tersebut, pedagang itu hanya menjawab "barang impor dari Cina."

Tempo membandingkan harga pakaian impor dengan produk serupa yang dijual di toko grosir. Perbandingan harganya cukup kontras. Pedagang grosir yang memproduksi sendiri, mematok harga Rp75 ribu untuk sehelai kemeja flanel yang dijual secara grosir. Kalau mau beli eceran, per helainya Rp100 ribu.

Suasana di salah satu lorong di Blok Litle Bangkok, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat, 12 Juli 2024. Para pengunjung terlihat memilih pakaian impor yang dijual dengan harga miring. TEMPO/Nandito Putra

Menurut Ketua Ikatan Pengusaha Konveksi Bekarya (IPKB) Nandi Herdiaman, pakai impor ilegal memang dijual lebih murah dibandingkan produk lokal. Harganya bahkan jauh di bawah modal pakaian bikinan dalam negeri. Nandi menyebut selain diketahui dari harganya yang murah, indikasi pakaian impor ilegal bisa diketahui dari label yang menggunakan aksara Cina atau Korea.

Di Blok Metro dan Little Bangkok, Tempo mengecek lima gerai yang menjual produk impor. Semua pakaian yang dijual di sana berlabelkan aksara Cina. Kelima pedagang kompak menyebut bahwa mereka menjual pakaian impor dari Cina.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 25 Tahun 2021 tentang Penetapan Barang yang Wajib Menggunakan Atau Melengkapi Label Berbahasa Indonesia, barang impor wajib mencantumkan label berbahasa Indonesia pada produk atau kemasan. Aturan itu juga berlaku untuk barang tekstil, barang bangunan, suku cadang hingga kosmetik. Pada label harus mencantumkan asal barang, nama barang, identitas pelaku usaha.

Saat ditanyai ihwal label berbahasa Cina pada pakaian yang dijual, salah seorang pedagang mengaku tidak mengetahui hal itu. "Dapatnya sudah begini, kan, namanya produk impor," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Sogo Indonesia Handaka Santosa sempat mempertanyakan legalitas produk-produk yang dijual di Little Bangkok, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dia menilai barang impor yang dijual di kawasan belanja itu meragukan karena tak ada label berbahasa Indonesia. "Coba periksa di sana label bahasa Indonesia ada enggak, kalau enggak ada (masuk ke Indonesia) lewat mana kan?" kata Handaka dalam diskusi di Jakarta Selatan pada Jumat, 23 Februari 2024.

Persis seperti yang disampaikan Nandi, saat itu Handaka juga menjelaskan produk impor yang resmi pasti mempunyai label berbahasa Indonesia. Dengan demikian, barang impor yang tak berlabel bahasa Indonesia tak legal dijual di pasar dalam negeri. Selain label bahasa Indonesia, Handaka menyoroti standar barang yang dijual di Little Bangkok. Dia pun meyakini barang tersebut tak melalui uji standar nasional Indonesia atau SNI.

Artinya, kata dia, pemerintah mengalami kerugian atas masuknya barang-barang ilegal tersebut. Pasalnya, produk impor semestinya menyetor sejumlah biaya ke negara. Antara lain bea masuk, pajak pertambahan nilai (PPN) impor, dan bea masuk tindakan pengamanan atau safeguard. Karena itu, Handaka mendorong pemerintah memeriksa legalitas barang yang dijual di Little Bangkok. "Gampang sekali kok memeriksanya. Tapi kenapa tidak dilakukan?" ucapnya.

Pilihan editor: Bos Sogo Pertanyakan Legalitas Barang Impor di Little Bangkok Tanah Abang

NANDITO PUTRA | RIANI SANUSI | MUTIA YUANTISYA

Berita terkait

Antisipasi Demurrage, Dirut Bulog: Saya Orang Lama di Pelabuhan

22 jam lalu

Antisipasi Demurrage, Dirut Bulog: Saya Orang Lama di Pelabuhan

Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono menyiapkan langkah-langkah mengantisipasi demurrage terulang. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Teten Pastikan Aplikasi Temu asal Cina Belum Daftar Izin: Baru Urus HAKI

2 hari lalu

Teten Pastikan Aplikasi Temu asal Cina Belum Daftar Izin: Baru Urus HAKI

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki angkat bicara soal status aplikasi e-commerce asal Cina, Temu.

Baca Selengkapnya

Kebanjiran Barang Impor Cina, Utilisasi Keramik Nasional Turun 7 Persen

4 hari lalu

Kebanjiran Barang Impor Cina, Utilisasi Keramik Nasional Turun 7 Persen

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia mengeluhkan turunnya utilisasi keramik nasional karena terdesak bajir barang impor dari Cina.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Antarkan Pasokan Medis ke Hutan Terpencil Papua Nugini

5 hari lalu

Paus Fransiskus Antarkan Pasokan Medis ke Hutan Terpencil Papua Nugini

Paus Fransiskus terbang jauh ke dalam hutan Papua Nugini mengunjungi umat Katolik yang tinggal di salah satu daerah paling terpencil di dunia.

Baca Selengkapnya

Hippindo Nilai Pemindahan Jalur Masuk Belum Tentu Selesaikan Masalah Impor

7 hari lalu

Hippindo Nilai Pemindahan Jalur Masuk Belum Tentu Selesaikan Masalah Impor

Hippindo sebut rencana pemindahan jalur masuk belum tentu selesaikan masalah. Justru berpotensi hambat impor legal.

Baca Selengkapnya

Kritik Rencana Pemindahan Jalur Masuk Impor, Hippindo Sarankan Perbanyak Produksi Dalam Negeri

7 hari lalu

Kritik Rencana Pemindahan Jalur Masuk Impor, Hippindo Sarankan Perbanyak Produksi Dalam Negeri

Hippindo kritik rencana pemerintah memindahkan jalur masuk impor tujuh komoditas ke Indonesia timur. Apa alternatifnya?

Baca Selengkapnya

Hippindo Sebut Pemindahan Jalur Masuk Impor Bakal Picu Kenaikan Harga Barang

7 hari lalu

Hippindo Sebut Pemindahan Jalur Masuk Impor Bakal Picu Kenaikan Harga Barang

Hippindo menilai rencana pemerintah memindahkan jalur masuk impor tujuh kompditas ke Indonesia timur akan memicu kenaikan harga barang. Mengapa?

Baca Selengkapnya

KPPI Hentikan Penyelidikan Impor Benang Filamen Artifisial, Benang Apakah Itu?

8 hari lalu

KPPI Hentikan Penyelidikan Impor Benang Filamen Artifisial, Benang Apakah Itu?

Simak informasi lengkap tentang kasus impor benang filamen artifisial yang baru saja dihentikan penyidikannya oleh KPPI

Baca Selengkapnya

Industri Tekstil Kian Terpuruk, Ini Langkah Kementerian Perindustrian

10 hari lalu

Industri Tekstil Kian Terpuruk, Ini Langkah Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuat sejumlah langkah merespons kondisi industri tekstil yang kian terpuruk.

Baca Selengkapnya

Banjir Barang Impor Tidak Terbendung, Menteri Agus Gumiwang: PMI Manufaktur terus Terpuruk

10 hari lalu

Banjir Barang Impor Tidak Terbendung, Menteri Agus Gumiwang: PMI Manufaktur terus Terpuruk

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan PMI manufaktur Indonesia terus terpuruk karena dampak banjir barang impor.

Baca Selengkapnya