Peserta Aktif BPJS Ketenagakerjaan di Industri Tekstil Menurun 6,17 Persen
Reporter
Bagus Pribadi
Editor
Aisha Shaidra
Selasa, 2 Juli 2024 15:36 WIB
![](https://statik.tempo.co/data/2022/07/16/id_1125665/1125665_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengatakan ada penurunan jumlah kepesertaan aktif pekerja di industri tekstil karena banyak perusahaan yang terancam gulung tikar. “Sektor industri tekstil, kalau kita lihat penurunannya sejak Januari 2023 sampai dengan Mei 2024 turunnya 6,17 persen atau 21.005 peserta aktif,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR di Senayan, Selasa, 2 Juli 2024.
Anggoro mengaku telah berkoordinasi dengan sekitar 57 perusahaan garmen, tekstil, dan alas kaki untuk membahas kondisi perusahaan yang gulung tikar. “Kondisi yang terjadi, 52,78 persen perusahaan mengalami penurunan pesanan sehingga dampaknya pengurangan jam kerja dan hari kerja, jadi akhirnya efisiensi,” kata Anggoro.
Adapun aspirasi yang disampaikan ke BPJS Ketenagakerjaan, kata Anggoro, seperti kemudahan perizinan dari para investor agar tak kalah bersaing dengan negara berkembang lainnya. Kemudian penetapan upah minimum yang tak membenai perusahaan. “Lalu penyediaan bahan baku yang bersih dan murah, karena isu bahan baku amat penting bagi mereka. Peningkatan dan pelatihan kemampuan pekerja, dan insentif pajak,” ujarnya.
Anggoro mengatakan, PHK di industri garmen, tekstil, alas kaki, dan e-commerce belakangan ramai. Dari catatannya, misalnya di industri tekstil, ada 31 perusahaan tekstil gulung tikar, dan 21 melakukan PHK sebagian. “Kemudian sepatu Bata hampir 230 orang, dan Tokopedia dikabarkan akan PHK 450 karyawannya. Kami terus memastikan hak-hak pekerja dengan berkoordinasi dengan asosiasi, kementerian, dan perusahaan,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia atau APSyFI, Redma Gita Wirawasta, mengatakan saat ini tercatat 21 industri tekstil di Indonesia gulung tikar. Sementara 31 pabrik tekstil terancam tutup. Dia mengatakan utilitas pabrik tekstil mulai menurun sejak akhir 2022. "Sampai kuartal II 2022 utilisasi kami masih 72 persen," kata dia melalui sambungan telepon pada Jumat, 28 Juni 2024. Dia menerangkan sejumlah perusahaan tekstil dan garmen, yang merupakan anggota ApsyFI, tutup.
Menurut Redma, hingga saat ini utilitas perusahaan terus menurun. Dalam catatan asosiasi, kini tinggal 45 persen. "Sejak Covid-19 sudah terpuruk," ujar dia. Keterpurukan industri tekstil sudah terjadi sejak lama. Sementara kejayaan pabrik tekstil terakhir menguat pada 2010-2011.
Pilihan editor: Ribuan Buruh Akan Demo di Depan Istana Besok, Siapkan 7 Tuntutan
BAGUS PRIBADI | IKHSAN RELIUBUN