Kebijakan Satu Peta Kurangi 9 Persen Tumpang Tindih Lahan, Setara 29,5 Juta Hektare

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Khairul anam

Rabu, 3 April 2024 09:44 WIB

Presiden Jokowi saat peluncuran geoportal kebijakan satu peta dan buku kemajuan infrastruktur nasional tahun 2018 di Jakarta, Selasa, 11 Desember 2018. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution melaporkan 83 dari total 85 peta tematik dari 19 kementerian/lembaga dan pemerintah daerah di 34 provinsi, telah selesai dilakukan kompilasi dan integrasi. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Marcia Tamba, mengatakan sinkronisasi Peta Indikatif Tumpang Tindih Informasi Geospasial Tematik (PITTI) alias Kebijakan Satu Peta mampu mengurangi tumpang tindih lahan. Selama rentang waktu 2019 sampai 2023, pengurangannya tercatat 9 persen.

“Ada sekitar 9 persen pengurangan dari 2019 hingga 2023,” kata Cia dalam Media Briefing One Map Policy Summit 2024 di kawasan Lapangan Banteng pada Selasa, 2 April 2024.

Dia mengungkapkan, PITTI hasil sinkronisasi menunjukan penurunan tumpang tindih setara 29,5 juta hektare lahan di Indonesia. Hal ini merupakan efek dari penetapan Peraturan Daerah untuk RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten Baru, perubahan tata batas Kawasan hutan dan Penerbitan Perizinan.

Pada 2019, ditemukan adanya 40,6 persen lahan Indonesia atau 77 juta hektare yang terindikasi mengalami tumpang tindih. Kemudian pada 2023 setelah kebijakan sinkronisasi dijalankan, luas lahan yang tumpang tindih tercatat berkurang menjadi sekitar 47 juta hektare.

Marcia mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan terkait dengan tumpang tindih lahan. Pada 2024 ini, ada indikasi pengurangan tumpang tindih sekitar 8,6 persen. Walaupun dia menyebut, potensi konflik memang masih terbilang besar.

Advertising
Advertising

“Potensi konflik masih seperti ini, masih cukup besar, ke depan kita akan fokus menyelesaikan ketidaksesuain ini. Kami sekarang akan turun lebih detail untuk menyelesaikan permasalahan tumpang tindih yang masih tersisa, sekitar 47 juta hektare,” katanya.

Kemudian di dalam Kebijakan Satu Peta, kata Cia, terdapat 3 Informasi Geospasial Tematik atau IGT yang terkait dengan wilayah adat.

"Untuk IGT-IGT yang kami kumpulkan di Kebijakan Satu Peta adalah peta-peta yang memang sudah jelas, ada regulasi yang mengatur. Jelas siapa penganggung jawabnya," kata dia.

Kebijakan Satu Peta sendiri mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar, satu basis data dan satu geoportal. Dengan tujuan, dapat menjadi acuan yang akurat dan akuntabel dalam pelaksanaan berbagai kegiatan dan perumusan kebijakan berbasis spasial. Selain itu, juga dapat menjadi acuan bersama dalam penyusunan kebijakan terkait penataan dan pemanfaatan ruang.

Bentuk kebijakan ini terdiri atas empat kegiatan utama. Pertama, kompilasi atau mengumpulkan IGT yang dimiliki oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. IGT yang dikompilasi ini adalah 158 peta tematik sesuai dengan lampiran rencana aksi Peraturan Presiden nomor 23 Tahun 2021.

Kedua, integrasi atau mengoreksi dan memverifikasi IGT di atas peta dasar Informasi Geospasial Dasar. Ketiga, sinkronisasi yang merupakan penyelarasan antar IGT yang telah selesai diintegrasi. Termasuk di dalamnya penyelesaian permasalahan tumpang tindih antar-IGT.

Terakhir, berbagi data dan informasi geospasial melalui jaringan informasi geospasial nasional. Produk hasil kebijakan suatu peta yang telah terintegrasi dapat dibagi-pakaikan melalui geoportal kepada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Ke depan, IGT juga akan dapat dibagi-pakaikan kepada publik secara bertahap.

Pilihan Editor: Jalur Pansela sebagai Alternatif Mudik, Membentang dari Pandeglang sampai Banyuwangi

Berita terkait

Badan Informasi Geospasial Pamer Progres Kebijakan Satu Peta per Maret 2024

43 hari lalu

Badan Informasi Geospasial Pamer Progres Kebijakan Satu Peta per Maret 2024

Kepala BIG Muhammad Aris Marfai membeberkan kemajuan capaian dalam pelaksanaan Kebijakan Satu Peta per Maret 2024 melalui 4 kegiatan.

Baca Selengkapnya

Bersama Menjaga Lahan Gambut

8 Januari 2024

Bersama Menjaga Lahan Gambut

Semua desa yang wilayahnya menjadi target restorasi BRGM, difasilitasi dengan Desa Mandiri Peduli Gambut

Baca Selengkapnya

Tiga Titik Panas Kebakaran Lahan Gambut Ditemukan di Pesisir Selatan

6 Oktober 2023

Tiga Titik Panas Kebakaran Lahan Gambut Ditemukan di Pesisir Selatan

Kebakaran lahan gambut di Pesisir Selatan sudah terjadi sejak satu minggu yang lalu.

Baca Selengkapnya

5 Kebakaran Hutan Terparah di Indonesia, Paling Sering di Kalimantan

6 September 2023

5 Kebakaran Hutan Terparah di Indonesia, Paling Sering di Kalimantan

Kebakaran hutan di Indonesia menjadi salah satu bencana yang kerap melanda, terutama saat musim kemarau. Biasanya, kebakaran hutan lebih sering terjadi di daerah Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Malaysia Minta Perusahaan Negerinya yang Beroperasi di Indonesia Tak Bakar Lahan

30 Agustus 2023

Malaysia Minta Perusahaan Negerinya yang Beroperasi di Indonesia Tak Bakar Lahan

Menteri Lingkungan Malaysia minta perusahaan perkebunan Malaysia yang beroperasi di Indonesia menghentikan pembakaran lahan.

Baca Selengkapnya

Seluas 67,98 Ha Lahan Terbakar, BPBD Palangka Raya Tingkatkan Kewaspadaan Karhutla

16 Agustus 2023

Seluas 67,98 Ha Lahan Terbakar, BPBD Palangka Raya Tingkatkan Kewaspadaan Karhutla

BPBD Kota Palangka Raya menggandeng sejumlah pihak terkait dalam upaya antisipasi dan menangani kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Asal Usul Kopi Liberika, Kopi Tahan Penyakit dari Liberia

19 Mei 2023

Asal Usul Kopi Liberika, Kopi Tahan Penyakit dari Liberia

Kopi bernama ilmiah coffea liberica var ini diketahui pertama kali tumbuh di daratan Benua Afrika. Kopi liberika berasal Liberia, Afrika Barat, yang kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan tumbuh di Indonesia serta Filipina.

Baca Selengkapnya

Perubahan Iklim di Riau, Perkumpulan Elang: Pentingnya Menekan Emisi Gas Rumah Kaca

15 April 2023

Perubahan Iklim di Riau, Perkumpulan Elang: Pentingnya Menekan Emisi Gas Rumah Kaca

Persoalan perubahan iklim kini menjadi masalah besar di Riau. Perkumpulan Elang lakukan diskusi seberapa pentingnya menekan emisi gas rumah kaca.

Baca Selengkapnya

Belantara Paparkan Program Agroforestri Lahan Gambut di COP27 UNFCCC

15 November 2022

Belantara Paparkan Program Agroforestri Lahan Gambut di COP27 UNFCCC

Keberadaan lahan gambut sangat penting bagi upaya global untuk memerangi perubahan iklim dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Pantau Gambut: Penyelamatan 13 Juta Ha Gambut dengan Iptek dan Moratorium

10 November 2022

Pantau Gambut: Penyelamatan 13 Juta Ha Gambut dengan Iptek dan Moratorium

Indonesia memiliki luasan gambut tropis terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya