Kata Anies, Prabowo, dan Ganjar Soal Utang Luar Negeri untuk Pertahanan Negara
Reporter
Andika Dwi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 8 Januari 2024 15:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketiga calon presiden (Capres) menjawab pertanyaan dari panelis dalam debat capres 2024 yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Ahad malam, 7 Januari 2024 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Ajang adu gagasan itu membahas mengenai isu pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri.
Dalam salah satu kesempatan, calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto mendapat pertanyaan mengenai kebijakan yang akan ditempuh untuk mengatasi intervensi kedaulatan akibat utang luar negeri yang terus bertambah. Seperti diketahui, utang luar adalah salah satu instrumen pembayaran yang sah tetapi ada risiko intervensi dari negara pemberi utang.
Lantas, bagaimana utang luar negeri dalam pandangan Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo pada Debat Capres 2024 semalam? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Prabowo Subianto
Menurut Prabowo Subianto, saat ini rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) termasuk salah satu yang terendah di dunia, yakni sekitar 40 persen. Sedangkan di banyak negara lain, menurut dia, angkanya jauh di atas Indonesia.
Prabowo menilai, dengan strategi ekonomi yang tepat, terutama melalui hilirisasi, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan untuk memperkuat posisinya di kancah global. Oleh karena itu, dia tidak khawatir akan diintervensi oleh negara pemberi utang.
“Saya tidak terlalu khawatir negara lain mau intervensi kita soal utang. Kita sangat-sangat dihormati. Kita tidak pernah default. Saya keliling seluruh dunia, mereka sangat hormat dengan Indonesia,” kata Prabowo. Ia pun yakin Indonesia tak akan diintervensi oleh kepentingan dari negara pemberi pinjaman.
Kendati demikian, Prabowo menekankan Indonesia perlu memiliki sistem pertahanan yang kuat agar tidak mampu diintimidasi negara lain. Hanya dengan pertahanan yang kuat, Indonesia menjadi tidak bisa digertak dan diintervensi.
“Hanya dengan kekuatan kita akan dihormati dan kita akan amankan kekayaan kita, amankan ekonomi kita, amankan pembangunan kita menuju Indonesia makmur dan kaya,” ujar Prabowo.
Ganjar Pranowo
Sementara itu, calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mengatakan bahwa utang bisa membahayakan suatu negara. Oleh karena itu, dia meminta agar negara berhati-hati dalam menggantungkan penerimaan negara dari utang, terutama untuk membiayai infrastruktur yang memiliki risiko tinggi.
Menurut dia, penarikan utang luar negeri juga perlu dihitung dan direncanakan dengan hati-hati karena salah pengambilan keputusan bisa seketika membuat negara kolaps. Dia juga menyebutkan bahwa menggantungkan penerimaan dari dalam negeri sangat mungkin dilakukan, namun syaratnya harus ada pertumbuhan ekonomi nasional 7 persen terlebih dahulu.
“Kalau mau pakai kekuatan dalam negeri, artinya wajib hukumnya kita mendorong ekonomi tumbuh 7 persen,” ucap Ganjar.
Dengan begitu, dalam hitungan Ganjar, jika pemerintahan berjalan dengan baik, maka ICOR (besarnya penambahan investasi) bisa turun 4 persen. Dia juga menegaskan bahwa Indonesia harus betul-betul anti-korupsi. Karena jika hal-hal tersebut dapat dilakukan, maka pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.
Selanjutnya: Ganjar juga menjelaskan perihal komersialisasi ...
<!--more-->
Lebih lanjut, Ganjar juga menjelaskan perihal komersialisasi teknologi alutsista yang dilakukan dari dalam negeri. Menurutnya, pemerintah harus menguatkan industri pertahanan melalui industri dalam negeri.
“Jadi, maaf kaitan dengan utang, no utang, no utang. Sehingga alutsista kita betul-betul kita lakukan transfer of technology dari dalam negeri,” Ganjar menegaskan.
Anies Baswedan
Anies Baswedan ikut menanggapi pernyataan soal utang luar negeri dari Prabowo Subianto. Menurutnya, Indonesia harus bisa mencapai maksimal angka 30 persen dari PDB sehingga berada dalam posisi yang aman.
“Kita harus bisa mencapai maksimal angka 30 persen dari GDP, sehingga kita aman di situ, di bawah 30 persen. Dan itu caranya apa? Dengan satu menata utangnya, dua membesar GDP-nya,” kata Anies.
Tidak kalah penting, kata Anies, harus dikembangkan skema-skema yang kreatif dalam mencari utang luar negeri, termasuk dengan melibatkan swasta. “Lalu memastikan bahwa ada perluasan wajib pajak yang harapannya akan memperkuat GDP kami di samping memperkuat kebocoran pajak."
Anies juga menjelaskan bahwa utang-utang tersebut harus digunakan untuk aktivitas yang produktif dan jangan sampai sebaliknya. Dia kemudian menyinggung utang luar negeri Indonesia yang digunakan untuk membeli alat utama sistem pertahanan (Alutsista) bekas oleh Kementerian Pertahanan.
“Itu bukan sesuatu yang tepat, justru harus sebaliknya kita kerjakan,” tuturnya.
Merespon tanggapan dari Anies dan Ganjar, Prabowo mengungkapkan bahwa utang luar negeri dari negara lain yang berada di bawah angka 40 persen adalah negara dengan kekayaan alam yang luar biasa, seperti Arab Saudi dan Rusia. Oleh karena itu, menurutnya angka 40 persen termasuk yang terendah.
Selain itu, Prabowo juga sependapat dengan Anies tentang utang luar negeri yang harus digunakan untuk kegiatan produktif. “Saya setuju sebagian yang disampaikan, yang penting utang itu produktif,” kata Prabowo menanggapi.
“Tapi kita bisa sampai 50 persen, enggak ada masalah. Kita tidak pernah default, kita dihormati di dunia,” ujar Prabowo menambahkan.
RADEN PUTRI | RIANI SANUSI | ADINDA JASMINE | MOH KHORY ALFARIZI
Pilihan Editor: Anies Sebut Orang Dalam di Proyek Food Estate Prabowo, Ada Kader Gerindra hingga Pejabat Kemenhan