Bicara Kendaraan Listrik untuk Kurangi Emisi, Kemenko Marves: PLTU Jumlahnya Sedikit, tapi Knalpot ada 150 Juta
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Grace gandhi
Selasa, 7 November 2023 12:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) kembali mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk menekan emisi di Indonesia. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Rachmat Kaimuddin mengatakan kementerian kini berfokus pada transisi ke kendaraan listrik karena dinilai kontribusi emisi dari kendaraan berbahan bakar minyak terhadap peningkatan polusi lebih signifikan.
Dia pun membandingkan jumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Menurut dia, jumlah PLTU tak lebih dari 100. Sedangkan jumlah kendaraan berbahan bakar fosil mencapai 150 juta, yang terdiri dari 130 juta knalpot motor dan 20 juta knalpot mobil. Ditambah emisi dari bus dan truk yang juga berbahan bakar minyak (BBM).
"Pembangkit listrik itu relatif jumlahnya lebih sedikit, cerobongnya enggak banyak. Tapi di Indonesia ada 150 juta knalpot. Makanya yang kami fokuskan kini elektrifikasi transportasi," ujar Rachmat dalam acara Dekarbonisasi Sektor Transportasi di Bandung, yang disiarkan melalui YouTube pada Selasa, 7 September 2023.
Kendati demikian, ia mengatakan pemerintah juga berupaya melakukan transisi energi untuk pembangkit and listrik dengan misi yang lebih rendah. Saat ini, kata dia, upaya itu telah dikerjakan lewat Kementerian ESDM dan PLN. Dia berujar pemerintah akan menerbitkan Rencana Usaha Penyediaan tenaga Listrik (RUPTL) yang lebih ramah lingkungan.
Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi akan berfokus pada transisi ke kendaraan listrik. Seperti diketahui, pemerintah telah memberikan insentif untuk masyarakat yang ingin beralih ke kendaraan listrik ini.
Rachmat berujar, dalam transisi energi ini pihaknya ingin melakukan transformasi industri sekaligus menjaga lingkungan. Dia menilai, industri otomotif di Indonesia sangat penting lantaran Indonesia merupakan pasar terbesar mobil di Asia Tenggara.
Selanjutnya: Rachmat mencatat, Indonesia memiliki penjualan mobil....
<!--more-->
Rachmat mencatat, Indonesia memiliki penjualan mobil sebanyak 1 juta unit setiap tahunnya. Penjualan motor pun rata-rata mencapai 6 juta setiap tahun. Karena itu, dia menilai industri otomotif adalah sektor yang sangat penting bagi indonesia.
Rachmat pun menuturkan dampak ekonomi dari industri ini juga sangat besar karena Indonesia tidak hanya konsumen tapi juga produsen. Berdasarkan catatannya, Indonesia memproduksi sekitar 1,5 juta mobil dan sekitar 40 persen di antaranya diekspor. Nilai ekspornya mencapai Rp 70 triliun tahun lalu. Serta mendatangkan investasi asing sebanyak Rp 22 triliun. Lalu, kontribusi ke PDB mencapai 4 persen.
"Ini salah satu manufaktur terbesar dan melibatkan 1,5 juta pekerja," kata dia.
Dengan demikian, Rachmat menggarisbawahi industri otomotif harus menjadi tiang ekonomi. Tetapi apabila melihat tren global, ia mengatakan dunia sudah mulai beralih ke kendaraan listrik. Dia menyebutkan, sejak Paris Agreement pada 2016, penggunaan kendaraan listrik di dunia itu naik 50 persen setiap tahunnya.
Sementara Indonesia mayoritas masih menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil atau BBM. Namun, Rachmat meyakini Indonesia juga segera melakukan transisi ke kendaraan listrik. Apabila itu terjadi, dia juga berharap Indonesia tidak hanya menjadi konsumen kendaraan listrik tetapi juga produsen.
"Dunia sudah shifting dari motor bakar ke kendaraan listrik. Indonesia tinggal menunggu waktu. Sekarang tinggal kita putuskan kita mau pasrah atau aktif," kata dia.
Pilihan Editor: Soekarno-Hatta Masuk Daftar Bandara Paling Ramah Keluarga di Dunia, Ini Fasilitas yang Tersedia