OJK: Ketidakpastian Negosiasi Batas Utang AS Tingkatkan Volatilitas Pasar Keuangan Global
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 6 Juni 2023 16:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan ketidakpastian negosiasi tentang debt ceiling atau batas ambang utang di AS telah meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global. Khususnya, di pasar surat utang setelah sempat mereda, seiring tekanan terhadap perbankan global yang juga mereda.
"Selain itu, tingkat inflasi yang tetap persisten di level tinggi di tingkat global, kinerja perekonomian dan Pasar tenaga kerja di AS yang masih solid diperkirakan akan dapat kembali memicu kenaikan suku bunga kebijakan di AS," tutur Mahendra dalam Rapat Dewan Komisioner OJK Mei 2023 yang disaksikan secara virtual pada Selasa, 6 Juni 2023.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joe Biden pada Sabtu, 3 Juni 2023 telah menandatangani undang-undang yang menangguhkan plafon utang pemerintah Amerika Serikat sebesar US$31,4 triliun. Undang-undang ini mencegah Washington mengalami default atau gagal bayar pertama kalinya dengan hampir menyentuh ambang batas dalam dua hari.
Negosiasi di antara keduanya berlangsung menegangkan. Departemen Keuangan telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan dapat membayar semua tagihannya pada Senin jika Kongres gagal bertindak saat itu.
Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat mengesahkan Undang-undang tersebut pekan ini setelah Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy mencapai kesepakatan.
Selanjutnya: Meski tingginya dinamika pada perekonomian global...
<!--more-->
Meski tingginya dinamika pada perekonomian global yang menyebabkan kinerja intermediasi di beberapa sektor perekonomian mengalami penurunan, Mahendra menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga. Hal itu terlihat dari permodalan yang solid, profil risiko yang terjaga, dan likuiditsa yang memadai.
Sementara itu, ia menyebut tren pelemahan perekonomian global tersebut masih berlanjut, terutama tercermin dari penurunan aktivitas industri dan perdagangan internasional. Ditambah pertumbuhan perekonomian di Tiongkok yang lebih rendah dari ekspektasi semula, serta penurunan harga komoditas, dan fragmentasi yang disebabkan geopolitik.
Kendati demikian, OJK menilai kinerja perekonomian nasional terpantau stabil. Mengingat inflasi mengalami penurunan menjadi 4 persen dari tahun ke tahun dibandingkan pada April 2023 di 4,33 persen.
Kinerja sektor manufaktur pun, tuturnya, masih melanjutkan ekspansi dengan PMI di Mei 2023 menjadi 50,3. Namun angka itu melambat dibandingkan sebelumnya pada April 52,7. Neraca Perdagangan juga mencatatkan surplus pada 2023, meski kinerja ekspor mengalami kontraksi yang cukup dalam. Pelemahan itu dipengaruhi turunnya harga dan komoditas ekspor utama indonesia.
RIANI SANUSI PUTRI | REUTERS
Pilihan Editor: Cina Beri Utang Kereta Cepat Pakai Renminbi, Wamen BUMN: Boleh Saja, Asal Bunganya Murah
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini