Kementan Jelaskan Alasan Tak Lagi Beri Pendampingan pada Petani Food Estate

Sabtu, 28 Januari 2023 16:00 WIB

Proyek Food Estate yang disebutkan sudah gagal di Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Situasi hutan yang sudah gundul ini ditunjukkan dalam aksi bagi pemimpin dunia di Konferensi Perubahan Iklim PBB COP27 dan KTT G20, pada Kamis 10 November 2022. (Greenpeace)

TEMPO.CO, Jakarta - Para petani food estate Humbang Hasundutan, Sumatera Utara hanya diberikan pendampingan di tahap awal penanaman selama berlangsungnya proyek lumbung tersebut. Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menyatakan pendampingan memang tak mungkin dilakukan terus menerus. Menurutnya, petani harus bisa mandiri dari hasil panen tahap pertama.

"Kami kan sudah mengawal dari 2020. Pembukaan lahan, penanaman, panen dan sebagainya. Saya kan ga mungkin terus, Engga bisa. Pemerintah pusat kan harus megang yang lain juga," ujarnya saat dijumpai di Dolok Sanggul, Kamis, 26 Januari 2023.

Baca: Food Estate di Humbang Hasundutan Dinilai Gagal, Ini Penjelasan Lengkap Anak Buah Luhut

Prihasto pun membeberkan bahwa kementeriannya sudah tak lagi menjadi penanggung jawab dalam program food estate Humbang Hasundutan. Pasalnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan telah menunjuk Pemerintah Daerah, yakni Bupati Habang Hasundutan sebagai penanggung jawab dengan bantuan Van Basten Pandjaitan sebagai manajer lapangan. Penunjukan itu dilakukan melalui surat yang ditandatangani Luhut pada 28 April 2021.

"Guna kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, Bupati Humbang Hasundutan dibantu oleh Van Basten Pandjaitan yang bertindak sebagai manajer lapangan food estate Humbang Hasundutan," tulis Luhut dalam surat itu, dikutip dari dokumen yang diterima Tempo pada Sabtu, 28 Januari 2023.

Advertising
Advertising

Menurut Prihasto, langkah Luhut itu bukan karena kinerja Kementerian Pertanian yang jeblok dalam mengurus proyek food estate melainkan agar pemerintah daerah bisa fokus dalam mengelola lahan yang sudah dibuka itu. Adapun saat ini lahan yang dibuka di Humbang Hasundutan seluas 215 hektare dari target 1.000 hektare. Namun, lahan yang ditanam baru sekitar 146 hektare.

Tetapi berdasarkan pengamatan Tempo di kawasan food estate di Desa Sira-ria Humbang Hasundutan, dari 146 hektare itu lebih dari separuhnya terbengkalai menjadi semak belukar. Lahan itu ditinggal oleh petani lantaran tak sanggup menanam kembali pada musim berikutnya usai gagal panen di tahap pertama.

Selanjutnya: Ketika dikonfirmasi, Prihasto enggan berkomentar....

<!--more-->

Ketika dikonfirmasi, Prihasto enggan berkomentar banyak soal itu. Menurutnya, permasalahan yang ada di lumbung pangan itu adalah tanggung jawab pemerintah daerah dan tim transisi dari Kemenko Marves. Adapun soal banyaknya lahan yang tak digarap, ia pun meminta hal itu ditanyakan pada para petani.

"Tanya petaninyalah. Masa tanya sama kami. Itu yang saya enggak suka, jangan ditanyakan terus sama kami, tanya sama petani," ujarnya.

Prihasto juga menilai Dinas Pertanian Kabupaten seharusnya menjadi pihak yang berperan lebih besar, karena ia mengklaim pendampingan dari Kementerian Pertanian sudah maksimal dan insentif. Pihaknya sudah membantu para petani membuka lahan, memberikan bantuan pupuk dan obat-obatan, serta bantuan tenaga ahli selama proses penanaman hingga panen tahap pertama.

Kendati demikian, ia mengakui ada kekhawatiran apabila Kementan tak lagi berperan dalam program food estate. Terlebih baru kali ini petani menanam komoditas hortikultur dan kondisi tanah masih perlu perlakuan khusus agar bisa subur.

Karena itu, ia mengusulkan kepada Komisi IV DPR RI agar mengadakan rapat kerja bersama seluruh kementerian dan lembaga yang terlibat agar dapat menemukan solusi yang tepat. "Nanti mau dipanggil DPR, kita duduk bersama-sama. DPR sampai sini pun kaget menemukan fakta-fakta yang ada seperti itu," tuturnya.

Tetapi ia tetap meyakini bahwa tak mungkin Kementerian Pertanian terus mengawal dan mengawasi proyek food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan. Menurut dia, 548 kabupaten yang menjalani proyek lumbung pangan sebaiknya dikelola oleh Dinas Pertanian daerah setempat. Asalkan, kata dia, seluruh konsep yang telah disusun Direktorat Jenderal Hortikultura dilanjutkan.

Sementara itu, petani mengungkapkan masih membutuhkan pendampingan dan bantuan dari pemerintah dalam menggarap lahannya. Irma Suryani Lumban Gaol, salah satu petani food estate di Desa Siria-ria mengungkapkan dia hanya bisa menggarap separuh dari lahan yang diberikan oleh pemerintah. Musababnya, bantuan pemerintah hanya diberikan tahap pertama. Itu pun, tuturnya, gagal total karena petani terpaksa menanam bawang putih sesuai benih yang diberikan. Karena itu, petani tak ada modal untuk berporduksi lagi di musim tanam berikutnya.

Selanjutnya: Dari hasil program bantuan ini,....

<!--more-->

"Dari hasil program bantuan ini, itu enggak ada hasilnya, soalnya nanam bawang putih. Enggak ada sama sekali kami bisa jual. Lahan kami dikasih bibitnya bawang putih, enggak cocok," ujar Irma saat ditemui Tempo di kawasan food estate Humbang Hasundutan, Kamis, 26 Januari 2023.

Padahal, pemerintah mengklaim hasil panen bawang putih petani food estate rata-rata mencapai 2,7 ton. Prihasto mengatakan bila rata-rata petani menjual Rp 10.000 per kilogram, seharusnya petani bisa mengolah lahannya kembali pada musim tanam berikutnya dengan hasil penjualan itu.

Selain itu, Irma mengungkapkan baginya menanam komoditas hortikultura adalah proses yang sulit. Terlebih lahan di Hambang Hasundutan ini memerlukan perlakuan khusus agar bisa cocok untuk ditanami komoditas tersebut. Meski tanpa pengalaman sama sekali, Irma berusaha mempelajarinya. Namun, ia berharap pemerintah tetap memberikan pendampingan dan bantuan penyerapan hasil panen seperti yang dijanjikan.

Tetapi Irma pasrah lantaran hingga saat ini tak ada yang dijanjikan pemerintah. Terlebih pengelolaan food estate Humbang Hasundutan telah dialihkan ke Kemenko Marves. Ia khawatir, pemerintah hanya akan berfokus pada petani yang bermitra dengan perusahaan swasta. Sementara selama ini, Irma menjual hasil produksinya sendiri melalui tauke atau tengkulak.

"Belum ada ini kabar bantuan lagi. Tapi kami ingin ada bantuan dana gitu atau diawasi, bagaimana supaya lahan tidur kami jadi bisa dikelola," ucapnya.

RIANI SANUSI PUTRI

Berita terkait

Saksi Ungkap Kementan Keluar Uang Rp 3 Juta per Hari untuk Makan Online dan Laundry di Rumah Dinas SYL

49 menit lalu

Saksi Ungkap Kementan Keluar Uang Rp 3 Juta per Hari untuk Makan Online dan Laundry di Rumah Dinas SYL

Saksi mengungkapkan Kementan kerap keluar uang Rp 3 juta per hari untuk keperluan makan online dan laundry di rumah dinas SYL.

Baca Selengkapnya

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

2 hari lalu

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, mengatakan telah melaporkan dugaan pelanggaran etik anggota Dewas KPK Albertina Ho sejak bulan lalu.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

2 hari lalu

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

Dewas KPK akan memulai sidang dugaan pelanggaran etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron soal penyalahgunaan wewenang dalam kasus korupsi di Kementan.

Baca Selengkapnya

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

4 hari lalu

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

Tim advokasi akan menunggu pemberitahuan resmi dari MA untuk mengeluarkan dua petani Desa Pakel yang permohonan kasasinya dikabulkan.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Khawatir Penanganan Kasus Firli Bahuri Lambat karena Unsur Politis

4 hari lalu

Novel Baswedan Khawatir Penanganan Kasus Firli Bahuri Lambat karena Unsur Politis

Novel Baswedan mengakhatirkan proses yang lama itu akibat munculnya unsur politis dalam menangani kasus Firli Bahuri yang memeras SYL.

Baca Selengkapnya

Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

4 hari lalu

Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

Menjawab itu, Isnar mengatakan putra Syahrul Yasin Limpo, Redindo juga pernah meminta uang kepadanya.

Baca Selengkapnya

Albertina Ho Nilai Pelaporan Dirinya oleh Nurul Ghufron karena Dewas KPK Proses Dugaan Pelanggaran Etik

5 hari lalu

Albertina Ho Nilai Pelaporan Dirinya oleh Nurul Ghufron karena Dewas KPK Proses Dugaan Pelanggaran Etik

Anggota Dewas KPK Albertina Ho menduga ada indikasi lain di balik pelaporan terhadap dirinya oleh Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron ke Dewas KPK.

Baca Selengkapnya

Albertina Ho Akui Dilaporkan Nurul Ghufron karena Koordinasi dengan PPATK soal Kasus Jaksa TI

5 hari lalu

Albertina Ho Akui Dilaporkan Nurul Ghufron karena Koordinasi dengan PPATK soal Kasus Jaksa TI

Anggota Dewas KPK Albertina Ho membenarkan tengah dilaporkan ke Dewas KPK oleh Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron.

Baca Selengkapnya

KPK Jawab Kesaksian Mantan Sespri Sekjen Kementan soal BAP Kasus SYL Bocor saat Penyelidikan

5 hari lalu

KPK Jawab Kesaksian Mantan Sespri Sekjen Kementan soal BAP Kasus SYL Bocor saat Penyelidikan

Mantan Sespri Sekjen Kementan, Merdian Tri Hadi mengaku mendapat tekanan psikis saat mengetahui BAP soal kasus SYL bocor.

Baca Selengkapnya

Kesaksian Pejabat Eselon I Kementan Ungkap SYL Minta USD 14 Ribu untuk Keperluan Pribadi

6 hari lalu

Kesaksian Pejabat Eselon I Kementan Ungkap SYL Minta USD 14 Ribu untuk Keperluan Pribadi

Tim penyidik KPK membuka peluang memeriksa anggota keluarga Syahrul Yasin Limpo alias SYL perihal penyidikan dugaan pencucian uang.

Baca Selengkapnya