Kemenhub: Target Operasi Kereta Cepat Tetap Juni 2023 Meski Ada Kecelakaan pada Proyek
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 27 Desember 2022 08:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan tetap menargetkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) beroperasi pada Juni 2023 meski ada insiden kereta kerja yang anjlok pekan lalu. “Target (operasi) tetap, doain supaya tetap,” ujar Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, M. Risal Wasal, di Stasiun Manggarai, Senin, 26 Desember 2022.
Namun, mengenai hasil investigasi, Risal masih belum bisa mengungkapkan hasilnya dan apa penyebab terjadinya kereta kerja anjlok milik proyek yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC itu. “Pokoknya, kita menunggu hasil investigasi untuk melihat itu (penyebabnya),” kata Risal.
Baca: Kecelakaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Kemenhub: Stop Proyek Enggak Mungkin Bisa
Kecelakaan tersebut terjadi pada Ahad, 18 Desember 2022 sekitar pukul 17.00 WIB di Desa Cempaka Mekar, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Rangkaian kereta kerja yang terdiri terdiri dari lokomotif diesel dan mesin pemasangan rel dan dioperasikan Kontraktor Snohydro mengalami anjlok.
Kecelakaan tak mengganggu proyek
Risal meyakini bahwa insiden tidak menganggu aktivitas proyek. Menurut Risal, proyek hingga saat ini masih berjalan. “Hanya lokasi itu yang kita berhentikan karena masih keperluan investigasi,” ucap dia.
Kecelakaan tersebut mengakibatkan dua warga negara asing (WNA) Cina meninggal. WNA Cina itu merupakan pekerja proyek KCJB. Selain dua orang meninggal, empat orang lain mengalami luka-lukq dalam insiden itu.
Berdasarkan informasi awal, dua korban meninggal dunia merupakan laki-laki bernama Chang Shin Shang (40 tahun) dan Chang Shin Yung (36 tahun). Empat korban luka-luka berjenis kelamin laki-laki.
GM Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Rahadian Ratry mengatakan semua korban mendapatkan santunan. Bahkan dua korban yang sempatt dirawat di rumah sakit disebutnya sudah kembali ke mess atau wisma Sinohydro.
“Terkait santunan dan semua biaya pengobatan ditanggung oleh kontraktor,” tutur Rahadian.
Direktur Utama KCIC Dwiana Slamet Riyadi alias Edo juga menegaskan bahwa kereta yang keluar jalur bukan rangkaian kereta cepat. “Kami mengucapkan bela sungawa dan duka yang mendalam untuk keluarga korban meninggal dunia,” kata dia.
Selanjutnya: KCIC sebelumnya berfokus...
<!--more-->
Pada Senin pekan lalu, pihaknya fokus melakukan evakuasi. KCIC bersama beberapa pihak akan mengevaluasi SOP pemasangan rel, SOP kerja lainnya, serta memastikan segenap pekerjaan yang dilakukan kontraktor KCJB memenuhi aspek keselamatan kerja, pada setiap aktivitas kerja.
“KCIC dan kontraktor KCJB mendukung penuh proses investigasi yang dilakukan pihak berwenang,” tutur Edo.
Polri menurunkan tim dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) dan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) untuk mengecek kecelakaan kereta cepat tersebut. Tim Inafis sudah mengidentifikasi para korban, baik yang meninggal maupun luka-luka.
Penyidik Polda Jawa Barat telah memeriksa 18 saksi yang dimintai keterangan perihal peristiwa tersebut pada Senin. Polisi bersama kementerian dan lembaga yang berwenang telah melakukan pengecekan untuk mengetahui penyebab kecelakaan, termasuk melibatkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan ahli lain.
KNKT ikut investigasi
KNKT membenarkan ikut terlibat melakukan investigasi insiden kereta kerja milik KCJB yang anjlok. "Untuk saat ini saya bisa sampaikan benar bahwa KNKT menurunkan tim investigasi terkait kecelakaan tersebut," ujar Kepala Sub-Bagian Data, Informasi, dan Humas KNKT Anggo Anugoro saat dihubungi kemarin.
Menurut Anggo, tim investigasi dipimpin langsung oleh Kepala Sub Komite (Kasubkom) Investigasi Kecelakaan Kereta Api, Suprapto didampingi investigator Gusnaedi Rachmanas, Hertriadi Ismawan, dan Aditya WS Yudistira. Tim sudah menuju lokasi kejadian sejak Senin lalu, 19 Desember 2022.
Mengenai hasil atau update investigasi soal kecelakaan pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini, menurut Anggo, belum bisa disampaikan. Karena saat ini masih proses pengumpulan data dan temuan di lapangan yang tentunya memerlukan proses analisis lebih lanjut untuk menentukan hasil investigasi.
Baca juga: Konsensi Kereta Cepat Mau Diperpanjang Jadi 80 Tahun, Kemenhub Masih Tunggu Data
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.