Ancaman Resesi Global 2023, Ini 6 Sektor yang Menjanjikan di Pasar Modal

Senin, 7 November 2022 12:50 WIB

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 28 April 2022. IHSG parkir pada posisi 7.246,25 atau naik 0,69 persen. Tempo/Tony Hartawan'

TEMPO.CO, Jakarta - Vice President sekaligus Analis Teknikal Senior PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Alfatih memperkirakan pada tahun 2023 kondisi perekonomian bakal sangat menantang karena ada ancaman resesi. Namun, setidaknya ada enam sektor di pasar modal memiliki potensi yang menjanjikan karena ekonomi Indonesia dinilai lebih tangguh menghadapi kemungkinan krisis.

"Enam sektor yang memiliki tren positif dan menguat yaitu cyclical, non-cyclical, basic, energy, financial dan health," ujar dia lewat keterangan tertulis pada Senin, 7 November 2022.

Di cyclical sector, saham emiten bersandi CARS, MAPI, SMSM, LPPF, dan SCMA berprospek positif. Adapun di non-cyclical sector pihaknya menilai saham AMRT, MYOR, ICBP, HMSP, AALI, GGRM, dan INDF akan bersinar. Untuk basic sector, investor bisa melirik saham dari TKIM, SMGR, TPIA, INTP, INCO, dan ANTM.

Baca: Ancaman Resesi, LPEM UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun Depan Lebih dari 5 Persen

Menurut Alfatih, tantangan ekonomi hadir karena tingkat inflasi global yang sangat tinggi dan direspon oleh berbagai bank sentral di banyak negara dengan cara neningkatkan suku bunga. Selain itu, tantangan dari krisis geopolitik antara Ukraina dan Rusia yang berimbas pada krisis pangan dan energi.

Berkaca dari sejarah ketika ekonomi Indonesia dihadapkan pada kondisi yang menantang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu memiliki peluang bertumbuh lebih baik 2 hingga 3 kali lipat. "Indeks kita itu (dalam menghadapi tantangan ekonomi) nggak sampai lama dalam 1-2 tahun itu sudah balik. Bahkan bisa 2-3 kali lipat," ucap Alfatih.

Alfatih mengaku tidak mendoakan ada terjadinya krisis, tapi di setiap krisis selalu ada peluang. Dia mengaku cukup optimis bahwa ada suatu pergerakan yang besar di market Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.

Kemudian di energy sector ada sejumlah saham seperti MEDC, AKRA, INDY, ADRO, PGAS, TCPI, DOID, ADMR, ENRG, dan ITMG yang menjadi sorotan pihaknya. Sementara itu, untuk financial sector ada saham PNLF, BMRI, BBCA, BBNI, BBRI, SMMA, dan MEGA. Untuk health sector investor bisa memilih saham KLBF, CARE, hingga SIDO.

Bahkan Alfatih menyebut target harga dari beberapa emiten tersebut. Saham KLBF dengan target teoritis di level 2.330, CARS dengan target hingga level 120, MAPI di level 1.570-1.830, LPPF bisa hingga level 10.000, SCMA di level 310, AMRT target fibonaci 3.000-3.050.

Kemudian saham MYOR dengan target di level 2.570-2.800, ICBP target 10.500-11.250, AALI dengan target 9.450-10.000, INDF target 6.600, TKIM target di level 9.200-9.675, SMGR target 9.850-10,550, INTP target 11.625, INCO di level 8.150-8.750.

Selanjutnya: ANTM dengan target di level 2.580-2.775, MEDC target...

Advertising
Advertising

<!--more-->

Lalu saham ANTM dengan target di level 2.580-2.775, MEDC target 1.290-1.530, AKRA target 2.000, PGAS target 2.190-2.350, ENRG 405, ITMG target sekitar 54.250. Selanjutnya adalah BBCA dengan target 10.200, BMRI dengan resistance 11.700, BBRI 5.000-5.500.

“Jadi logikanya adalah saham-saham yang out perform ada tren dan momentum itu tentu didorong dengan dana yang masuk. Jadi yang perform tentu itu dipilih oleh big fund sedangkan yang underperform cenderung ditinggalkan oleh big fund,” tutur Alfatih.

Financial planner dari Finansialku, Gembong Suwito menuturkan dengan tantangan ekonomi yang ada, isu resesi itu menjadi yang menonjol. Namun, kata dia, berbicara data pertumbuhan ekonomi Indonesia masih robust di kisaran 5 persen, sehingga secara fundamental ekonomi Indonesia tidak akan mengalami resesi.

Saat ini, menurut Gembong, sektor yang sangat popular karena memiliki tren positif adalah komoditas, energi, logistik, transportasi juga industri. Hal itu menjadi daya tarik bagi investor asing di pasar modal. Dia menilai ini menjadi kabar baik, di saat investor global sedang mencari mana yang baik, aman, dan nyaman di tempat investasinya, Indonesia salah satunya.

"Saat 2021 inflow-nya luar biasa dan tahun ini color full, year to date sampai mencapai Rp 80,52 triliun dana dari investor asing masuk. Makanya strong banget, terutama banking,” kata Gembong.

Adapun untuk berinvestasi, pihaknya menggunakan konsep 4 pilar. Pertama adalah likuiditas. Investasi tersebut menurutnya untuk dana darurat, penempatan di deposito dan pasar uang dengan rerata return 3-5 persen. Kedua adalah stabilitas di mana instrumen investasi bisa memberikan cash flow.

Seperti obligasi negara, ORI, SBR, SR, RD Proteksi, dan P2P. Ketiga adalah hedging atau lindung nilai seperti US Dolar dan emas. Keempat, pertumbuhan melalui saham, RD Saham, ETF, RD Indeks, ECF, dan Derivatif.

“Konsep ini yang kami bangun dan kami aplikasikan secara investasinya bertahap kepada client. Jadi masuk dulu di Likuiditas, berjenjang setelah itu Stabilitas, sudah ngerti, Hedging dan Growth,” ucap Gembong.

Baca juga: Khawatir Resesi Jadi Dalih PHK Massal, Buruh: Menteri Jangan Menakut-nakuti Ekonomi Gelap

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

18 jam lalu

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

Investasi menjadi salah satu langkah keuangan yang wajib dilakukan oleh semua orang.

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

20 jam lalu

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

Zulhas menyayangkan baja tak sesuai standar mutu masih diproduksi di Indonesia dengan alasan investasi.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

2 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

2 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

2 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Kejagung Tegaskan Penyitaan dalam Kasus Korupsi Timah Bukan untuk Hentikan Eksplorasi yang Merugikan Masyarakat

3 hari lalu

Kejagung Tegaskan Penyitaan dalam Kasus Korupsi Timah Bukan untuk Hentikan Eksplorasi yang Merugikan Masyarakat

Kejagung menjelaskan kerugian kasus korupsi timah yang mencapai Rp 271 Triliun.

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

3 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Apindo Sebut Keputusan MK dalam Sengketa Pilpres Berdampak Positif bagi Investasi dan Dunia Usaha

3 hari lalu

Apindo Sebut Keputusan MK dalam Sengketa Pilpres Berdampak Positif bagi Investasi dan Dunia Usaha

Asosiasi Pangusaha Indonesia atau Apindo merespons soal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan dalam sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

4 hari lalu

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK

Baca Selengkapnya