Sebut Kenaikan Harga BBM Fenomena Global, Faisal Basri: Arab Saudi pun Melakukannya

Rabu, 7 September 2022 10:45 WIB

Ekonom Faisal Basri dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk "Menemukan Jalan Subsidi BBM Tepat Sasaran" di Gedung Tempo, Jakarta pada Selasa, 30 Agustus 2022. (Foto: Norman Senjaya)

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri angkat bicara soal kenaikan harga BBM yang telah dilakukan pemerintah pada Sabtu pekan lalu. Menurut dia, kenaikan harga tak dapat dihindari.

Kenaikan harga BBM, menurut Faisal, adalah fenomena global karena hampir semua negara, termasuk produsen besar minyak seperti Arab Saudi telah melakukannya. Bahkan, Harga BBM di Indonesia lebih murah ketimbang produsen minyak utama Arab Saudi.

Ia pun menilai kebijakan pengalihan subsidi bahan bakar minyak jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax ke program perlindungan sosial sebagai desain yang tepat untuk APBN. Sebab, hal tersebut menunjukkan wujud kehadiran negara dalam melindungi masyarakat rentan.

"Meski pahit, kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi harus bisa dipahami dengan baik," ujar Faisal Basri dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa, 6 September 2022.

Langkah lainnya yang harus segera diambil pemerintah, menurut dia, memitigasi dampak potensi kenaikan inflasi serta mengurangi tekanan pada masyarakat yang rentan secara ekonomi. “Gunakan semua instrumen untuk meringankan beban rakyat."

Advertising
Advertising

Faisal lalu mengutip teori ekonomi yang menyebutkan salah satu tujuan dari kebijakan subsidi adalah redistribusi. Artinya, subsidi diberikan agar terjadi distribusi pendapatan menjadi lebih merata. Dengan menetapkan harga lebih murah, masyarakat miskin dapat membeli barang yang disubsidi tersebut.

Nah, kenyataannya di lapangan, menurut Faisal, untuk subsidi BBM tampak tidak sejalan dengan tujuan tersebut. Sebab, realitanya hanya sedikit orang miskin yang menggunakan BBM bersubsidi, jauh dibandingkan dengan jumlah orang kaya yang memanfaatkannya. Padahal subsidi BBM membutuhkan anggaran sangat besar.

Presiden Jokowi sebelumnya pernah menyebutkan mayoritas atau 70 persen subsidi BBM justru dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu secara finansial yakni para pemilik mobil pribadi. Menurut Kepala Negara, uang negara seharusnya diprioritaskan untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu.

Selanjutnya: Beragam bansos digelontorkan agar kalangan ekonomi rentan tidak turun ke level kemiskinan akut.

<!--more-->

Pada saat bersamaan, pemerintah melihat urgensi memperkuat program perlindungan sosial kepada masyarakat tak mampu di tengah turbulensi geopolitik dunia saat ini semakin tinggi.

Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan mengatakan langkah mempertajam subsidi kepada kelompok paling rentan sangat mendesak dan harus menjadi prioritas karena mempertimbangkan stabilitas dan ketahanan ekonomi.

Data analisis intelijen ekonomi menunjukkan situasi global saat ini akan terus memberikan tekanan ekonomi ke seluruh negara. Walhasil, dampaknya akan sangat terasa di kalangan yang rentan secara ekonomi.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengalihkan sebagian subsidi energi yang kurang efektif tersebut. Dengan begitu, diharapkan tekanan kepada kalangan ekonomi rentan tidak turun ke level kemiskinan akut bahkan absolut akibat kenaikan harga pangan dan kebutuhan dasar sehari-hari.

Ada tiga macam bantuan sosial yang diberikan pemerintah sebagai bentuk pengalihan subsidi BBM. Pertama, Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM senilai Rp 12,4 triliun bagi 20,65 juta keluarga kurang mampu dengan nominal Rp 150.000 per bulan yang akan diberikan selama empat bulan terhitung sejak September 2022.

Kedua, bantuan subsidi upah senilai Rp 600 ribu per orang untuk 16 juta pekerja dengan gaji maksimum Rp 3,5 juta per bulan dengan total anggaran mencapai Rp 9,6 triliun. Ketiga, bantuan subsidi transportasi yang akan diberikan pemerintah daerah dengan menggunakan 2 persen dana transfer umum untuk bantuan angkutan umum, ojek daring, dan juga nelayan dengan nilai mencapai Rp 2,17 triliun.

Berbagai bantalan sosial itu diberikan untuk memberikan perlindungan efektif terhadap masyarakat rentan akibat kenaikan harga BBM. Hal ini pula yang melatarbelakangi keputusan pengalihan subsidi agar fokus kepada masyarakat yang paling membutuhkan bantuan.

ANTARA

Baca: Harga BBM Naik, Sandiaga Sarankan Pengusaha Beralih ke Mobli Listrik

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

3 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per

Baca Selengkapnya

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

3 hari lalu

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

PT Bank Tabungan Negara (BTN) usulkan skema dana abadi untuk program 3 juta rumah yang digagas Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

4 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

5 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Rekrutmen CASN 2024, Hati-hati Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Rekrutmen CASN 2024, Hati-hati Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Pemerintah berencana membuka pendaftaran calon aparatur sipil negara atau CASN untuk tahun 2024, yang dibagi dalam dua tahap.

Baca Selengkapnya

Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

6 hari lalu

Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

Indonesia kembali menggandeng Cina di proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jangan sampai menggunakan APBN lagi seperti kereta cepat Jakarta-Bandung.

Baca Selengkapnya

Sekda Pemkab Sukabumi Dorong Efektifitas Pengelolaan APBN

7 hari lalu

Sekda Pemkab Sukabumi Dorong Efektifitas Pengelolaan APBN

Ade Suryaman, menghadiri acara penting terkait penyaluran TKD dan pemberian penghargaan kinerja di Aula Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Sukabumi pada Senin, 22 April 2024.

Baca Selengkapnya