Harga Bitcoin Tembus Level Tertinggi Sepanjang Sejarah, Apa Penyebabnya?

Reporter

Caesar Akbar

Kamis, 21 Oktober 2021 13:58 WIB

Ilustrasi Bitcoin. Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengomentari tren kenaikan Bitcoin beberapa waktu ini. Terlebih, mata uang digital itu pada hari ini, 21 Oktober 2021, memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah yang sempat dicapainya April lalu.

Bhima menyebut setidaknya ada empat faktor pendorong naiknya harga Bitcoin. Pertama, kekhawatiran inflasi yang tinggi dalam waktu dekat karena krisis energi dan naiknya konsumsi secara global membuat investor mencari aset selain saham.

Menurut Bhima, dalam kondisi tersebut, Bitcoin menjadi pilihan yang lebih menarik ketimbang saham. "Kami melihat inflasi akan jadi game changer dalam kurun waktu 1-2 tahun ke depan, jadi bullish harga bitcoin mungkin bertahan cukup lama, apalagi kalau inflasi nya lebih tinggi dari konsensus pasar," ujar dia kepada Tempo, Kamis, 21 Oktober 2021.

Faktor kedua, kata dia, adalah regulator pasar keuangan dan bank sentral di AS diperkirakan tidak akan melakukan pengetatan regulasi kripto seperti di Cina. Ketiga, masuknya investor kakap sekelas George Soros ke pasar kripto menjadikan nilai bitcoin melonjak.

"Keempat, kelahiran exchange trade fund yang memiliki underlying aset kripto pertama kali turut meramaikan sentimen positif bitcoin," ujar Bhima. Meski demikian, ia tak menyarankan Bitcoin untuk investor dengan profil risiko rendah.

Dilansir dari Bisnis, harga Bitcoin memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah yang sempat dicapainya April lalu. Berdasarkan data Coinmarketcap.com, nilai Bitcoin yang merupakan aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia mencapai US$ 66.613 (sekitar Rp 940 juta dengan asumsi kurs Rp 14 ribu per dolar) pada Kamis pagi, 21 Oktober 2021.

Melonjaknya harga bitcoin terjadi sehari setelah ETF (exchange traded fund) Bitcoin berjangka pertama AS mulai diperdagangkan. Nilai Bitcoin menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. April 2021 lalu, nilai Bitcoin sempat menembus US$ 64.000. Kala itu, nilai tersebut berhasil menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.

Rekor lain pun ditorehkan oleh cryptocurrency yang menjadi salah satu acuan pasar aset kripto global tersebut. Sebab, pada hari yang sama, kapitalisasi pasar Bitcoin berhasil menembus US$ 42 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.

Kapitalisasi pasar Bitcoin tersebut naik lebih dari 300 persen dari tahun lalu dan 95 persen dari 2019 setelah sempat jatuh 73 persen 2018.

CAESAR AKBAR

Baca juga: Harga Bitcoin Tembus Rp 940 Juta, Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

16 jam lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

18 jam lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

1 hari lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

4 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

4 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

5 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

5 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

5 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

6 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

6 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya