Pesan Analis Samuel Sekuritas Agar Investor Pemula Tidak Rugi
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 20 April 2021 06:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma melihat banyak investor muda atau milenial yang masuk ke pasar saham. Sebab, milenial lebih suka berinvestasi langsung daripada hanya sekadar menaruh duit.
"Itu berarti ada risiko yang harusnya bisa dikurangi. Karena kami tidak mau investor retail ini justru mengalami kerugian yang membuat mereka kapok bermain saham," kata Suria dalam diskusi bersama Tempo melalui live instagram Senin, 19 April 2021.
Karena itu, menurutnya, para investor pemula perlu diberi pemahaman atau edukasi. Dia mengatakan para investor pemula cenderung tidak melihat fundamental perusahaan maupun sisi teknis ketika memilih saham yang diinvestasikan.
"Kadang-kadang dari cerita-cerita saham yang menarik dari temennya, ikutan beli, tanpa mengetahui sebetulnya yang dibeli perusahaan apa," ujarnya.
Menurut Suria, hal tersebut berpotensi membuat investor pemula merugi. Karena itu sebaiknya dihindari. Dia ingin investor retail menanamkan investasinya secara jangka panjang bukan short term.
Dia menekankan berinvestasi harus dilakukan berhati-hati dan dipelajari terlebih dahulu instrumen investasi yang dipilih. Paling utama, kata dia, investor pemula harus memahami komposisi dari perusahaan secara umum.
<!--more-->
"Apakah perusahaan yang utang besar dibanding equitasnya, atau perusahaan yang solid, walau terjadi tekanan Covid-19 mereka tidak terlalu tertekan karena utang dikit. Banyak nyetok barang atau tidak, karena ada cost," kata dia.
Adapun Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan salah satu persoalan dari investor pemula adalah mereka tidak belajar terlebih dahulu, tapi sudah buka rekening saham.
"Pada umumnya investor pemula buka akun karena tertarik dari temannya yang sudah trading dan mungkin untung. Akhirnya dia ikutan bukan akun," ujar Alfatih.
Menurut dia, ketika investor pemula ikut-ikutan investasi di pasar modal tanpa tools, seperti analisis fundamental atau technical, mereka berpotensi rugi. Selain itu, ada di dunia maya yang merekomendasikan suatu saham, padahal tujuannya jualan. Hal itu terkadang membuat rugi investor.
"Jadi memang umumnya yang ikut belajar trading saat ini orangnya sudah mentok, baru mau belajar. Sayang sekali. Jarang yang belajar dulu baru transaksi saham secara benar," kata dia.
Dia mengatakan sifat manusia banyak yang ingin untung cepat dengan cara mudah. Padahal menurutnya, tidak ada keberhasilan yang diperoleh dengan cara singkat.
"Kalau gampang-gampang begitu kita semua sudah jadi Anton Salim atau Warren Buffett," ujarnya.
Dia menganjurkan untuk investor pemula belajar mengenai fundamental perusahaan. Misal 20-30 saham baru perhatikan momentum, arah tren dan sebagainya. "Kalau kita belajar, bisa mengulang proses-proses yang sudah terbukti dari suatu ilmu atau teori," kata dia.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: IHSG Ditutup Lesu, Samuel Sekuritas: Arus Beli Investor Asing Menurun