Lo Kheng Hong Sebutkan Ciri Investor Saham yang Kehilangan Uang sampai Habis

Rabu, 27 Januari 2021 18:34 WIB

Lo Kheng Hong. Facebook

TEMPO.CO, Jakarta - Investor kawakan Lo Kheng Hong mengamati fenomena influencer yang bermunculan dan memengaruhi masyarakat untuk membeli saham tertentu. Sejak investor ritel membanjiri pasal modal, influencer mulai bermunculan dan merekomendasikan pembelian saham.

“Jangan membeli karena influencer. Jangan membeli karena teman, karena influencer yang saya dengar membeli saham yang valuasinya sangat mahal. Influencer yang membeli saham itu satu saham price to earning ratio 162 kali dan price to book value 110 kali,” katanya seperti dikutip dari bisnis.com, Rabu 27 Januari 2021.

Pasar saham saat ini mulai dibanjiri investor ritel yang berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Januari 2021, jumlahnya sudah mencapai 4 juta single investor identification (SID).

PER merupakan rasio harga saham terhadap laba bersih per saham suatu emiten. Rasio ini merupakan salah satu cara menghitung valuasi saham yang populer dan tidak terlalu rumit untuk mengukur mahal atau murahnya sebuah saham.

Sederhananya, makin tinggi nilai PER, harga saham suatu emiten dianggap makin mahal. Kecil peluang saham tersebut dapat meningkat lagi harganya secara wajar. Demikian pun sebaliknya, makin kecil PER, makin murah valuasinya, makin besar ruang bagi potensi kenaikan harga.

Advertising
Advertising

Sementara itu, PBV adalah rasio harga saham dibandingkan dengan nilai buku emiten. Nilai buku bisa dihitung dengan rumus total ekuitas dibagi jumlah saham beredar. PBV yang rendah menunjukkan harga saham yang masih murah atau undervalued, sedangkan PBV yang tinggi menunjukkan harga saham sudah cukup mahal.

<!--more-->

Menurut Lo Kheng Hong, ketika PER dan PBV saham suatu emiten sudah mencapai angka ratusan, hal itu mengerikan. Hal inilah yang tidak banyak dimengerti oleh orang awam dan investor pemula.

“Apalagi yang influencer ini follower-nya banyak sekali. Wah jangan-jangan orang beli, saya ikut beli. Padahal PER 162 kali dan PBV 120 kali. Kita harus membeli sesuatu yang kita tahu. Jangan pernah membeli kucing dalam karung,” ujarnya.

Dia juga menegaskan bahwa bursa saham itu tidak kenal ampun sehingga sangat tidak disarankan ketika membeli saham yang tidak diketahui fundamentalnya. Ujungnya mesti penyesalan, begitu kata Lo.

Investor terkemuka ini pun memberikan saran untuk memilih emiten-emiten yang jujur, berintegritas, serta dari bidang usaha yang baik.

“Jangan membeli perusahaan yang dikelola tidak jujur dan tidak berintegritas, jangan pernah sentuh. Ingat itu nomor satu,” imbuhnya.

Lo mencontohkan bidang usaha yang buruk adalah industri maskapai. Saat ini, salah satu emiten di industri ini adalah PT Garuda Indonesia Tbk. (Persero).

“GIAA tahun 2017 itu rugi US$213 juta, itu tidak ada pandemi. Tiket paling mahal, penumpangnya banyak, tetapi rugi perusahaan US$213 juta dolar,” kata dia.

Adapun pada 2018, GIAA kembali merugi US$175 juta. Pada 2019, GIAA berhasil untung US$6,98 juta. Namun, memasuki pandemi, per kuartal III/2020, GIAA rugi hingga US$1,13 miliar.

“September 2020 sedang pandemi, Garuda rugi US$1 miliar. Ya ampun, rugi US$1 miliar! Tidak pandemi rugi, lagi pandemi babak belur. Jadi, jangan membeli bidang usaha tidak bagus,” katanya.

Tidak saja di Indonesia, bisnis maskapai secara global pun mengalami tekanan yang serius, apalagi selama pandemi. Sebagai contoh, maskapai asal Hongkong, Cathay Pacific Airways Ltd, melaporkan kerugian 9,87 miliar dolar Hong Kong atau setara US$1,27 miliar pada paruh pertama 2020. Analis memperkirakan rata-rata kerugian setahun penuh sebesar 18,3 miliar dolar Hong Kong atau sekitar US$2,5 miliar.

Demikian juga Singapore Airlines yang melaporkan kerugian bersih 3,46 miliar dolar Singapura setara US$2,57 miliar hingga kuartal III/2020.

<!--more-->

Berdasarkan Laporan Kinerja Ekonomi Industri Airlines Global periode Juni 2020 yang dipublikasikan oleh IATA, kerugian bersih industri airlines global akibat pandemi sebesar US$84,3 miliar.

Bukan industri penerbangan saja yang dihindari Lo Kheng Hong. Pria yang dijuluki Warren Buffet dari Indonesia ini juga mengaku menghindari saham perusahaan konstruksi, termasuk BUMN karya, sebab rasio utangnya umumnya sangat tinggi.

“Kebetulan saya sama sekali tidak punya sektor infrastruktur ini. WSKT, WIKA, ADHI, saya tidak punya. Kenapa? Karena saya takut beli perusahaan infrastruktur, utangnya bisa Rp50 triliun, ngeri banget. Tidak berani saya,” ungkapnya.

Bagi LKH, emiten yang ideal untuk menjadi tujuan investasi adalah emiten yang memiliki utang kecil, tetapi kas yang berlimpah.

“Lihat perusahaan yang utangnya gede, mundur dulu deh. Cari yang aman dulu. Kalau bisa cari perusahaan yang tidak ada utang, kasnya banyak, utangnya nol. Itu baru perusahaan paling aman,” kata dia.

Lo menyarankan agar investor di pasar saham sejak awal harus memiliki horizon investasi untuk jangka panjang, bukannya hanya mengejar keuntungan tipis dari tren pergerakan harga sesaat.

Bahkan, menurutnya, jika seorang investor sudah berhasil menemukan saham terbaik berdasarkan hasil analisis fundamental yang tepat, sebaiknya disimpan untuk selama-lamanya.

Dirinya juga mengingatkan investor di pasar saham agar selalu akrab dengan laporan keuangan perusahaan. Bagi Lo sendiri, laporan keuangan dan laporan tahunan emiten adalah santapan wajibnya setiap hari.

“Kalau kita tidak pernah membaca annual report, tidak pernah membaca laporan keuangan, saya yakin kita akan menjadi investor yang bodoh terus dan kehilangan uang sampai habis karena kita membeli kucing dalam karung. Tidak ada jalan lain, hanya ada satu jalan,” kata Lo Kheng Hong.

BACA: Saran Lo Kheng Hong: Pegang Saham yang Bagus Selamanya Seperti Memiliki Istri

Berita terkait

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

11 jam lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

15 jam lalu

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

Bersama lulusan lain, dokter Tirta menghadiri Sidang Terbuka Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2023/2024 di Gedung Sabuga, ITB.

Baca Selengkapnya

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

1 hari lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

1 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

3 hari lalu

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati seorang influencer media sosial perempuan terkenal Irak

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

4 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

4 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

5 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

5 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

5 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya