Penyelundupan Tekstil, Ini Ragam Penyebab dan Modusnya

Kamis, 14 Januari 2021 11:30 WIB

Pekerja mengatur alur benang di sebuah pabrik kain skala kecil menengah di Desa Rancajigang, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Senin, 9 November 2020. Industri tekstil skala kecil akan semakin terpuruk akibat pandemi dan murahnya harga produk garmen impor. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Importasi ilegal masih membayangi industri tekstil dan produk tekstil tanah air. Ketua Umum Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi) Suharno Rusdi berujar importasi ilegal tekstil yang cukup marak dua tahun terakhir.

Pada Agustus tahun lalu, Kejaksaan Agung RI mengungkap temuan 566 kontainer berisi bahan tekstil dengan modus pengurangan volume (under volume) dan jenis barang untuk mengurangi kewajiban bea masuk tindakan pengamanan sementara (BMTPS) atau safeguard.

Pada kasus kedua, adanya penyelundupan 27 kontainer bahan tekstil dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang ditangani Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim. Menurut Suharno, kedua temuan tersebut negara telah dirugikan sebesar Rp 1,6-1,7 triliun. Meski begitu, Suharno meyakini bahwa angka kerugian sebenarnya bisa jauh lebih besar apabila aparat mengusut penyalahgunaan fungsi Pusat Logistik Berikat (PLB) yang terjadi pada 2019.

"Kerugian negara saya kira akan jauh lebih besar dari angka itu. Kita tau, sebelum dua kasus itu terbongkar, importasi ilegal tekstil telah terjadi di beberapa PLB," ujar Suharno, kepada Tempo, Rabu 13 Januari 2021.

Suharno menduga telah terjadi manipulasi dokumen impor di sejumlah PLB. Temuan dua kasus importasi tekstil ilegal lewat Pelabuhan Batam dan Surabaya tersebut merupakan pelarian modus para penyelundup dari PLB yang merasa terganggu, kemudian mengalihkan kegiatannya ke Batam dan Surabaya. Menurut dia, penyebab utama maraknya impor ilegal adalah disparitas harga yang tinggi antara produk dalam negeri dan impor.

“Disparitas harga yang tinggi bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya supply demand yang tidak seimbang, tata kelola industri yang tidak efisien, bunga pinjaman yang tidak kompetitif, supply chain yang tidak bagus serta infrastruktur yang tidak mendukung,” kata dia.

<!--more-->

Menurut Suharno, BMTPS atau safeguard memang sering menjadi instrumen yang diterapkan dalam keadaan darurat untuk menekan dampak impor dan menyelamatkan industri dalam negeri. Namun, Suharno berujar instrumen tersebut hanya bersifat sementara. Menurut dia, untuk menghentikan importasi ilegal jangka panjang dan permanen, perlu ada perbaikan industri secara fundamental dan struktur industri tekstil itu sendiri.

"Misalnya, mengurangi ketergantungan bahan baku yang terlalu tinggi, menciptakan biaya produksi yang kompetitif, dukungan bungan pinjaman yang lunak, dan lainnya," kata Suharno.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan disparitas harga bukanlah satu-satunya penyebab importasi tekstil dan produk tekstil masih marak terjadi. Menurut dia, biaya produksi produk Indonesia tak kalah kompetitif dibandingkan negara lain, selisihnya hanya sekitar 10 persen. Menurut dia, disparitas tekstil di pasar lokal terjadi karena praktik curang atau unfair.

"Kalau barang Cina masuk ke Indonesia akan dapat rabat 10 persen. Karena dapat rabat, mereka turunkan harga, itu sama saja praktik dumping. Dari situ sudah ada disparitas harga" tutur Redma. Atas praktik kecurangan lewat fasiltas dari negaranya Redma menambahkan disparitas harga mencapai 20-25 persen.

Tak sampai di situ, begitu produk masuk ke Indonesia, pengimpor melakukan praktik under invoice dan under volume sehingga bayar pajak dan bea masuk menjadi rendah. Dengan modus seperti itu, secara otomatis kewajiban membayar pajak jadi lebih rendah sehingga memicu disapritas harga. "Kalau dikatakan produk kita tidak berdaya saing itu tidak tepat karena produsen dalam negeri masih bisa lakukan ekspor," kata Redma.

<!--more-->

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan popluasi indonesia yang besar dijadikan sasaran pangsa pasar ekspor tekstil dunia, misalnya dari Cina, Bangladesh, dan Vietnam. Pada saat yang bersamaan, pasar Indonesia masih berorientasi pada produk murah atau mementingka barang yang murah.

"Jadi bisa dibayangkan Cina, Vietnam, dan Bangladesh yang menjadi produsen tekstil dunia, kalau barang sisanya saja 3 persen dari jumlah produks dikirim ke Indonesia, maka industri kita akan seperti apa," ujar Jemmy.

Jemmy berharap ada regulasi yang bisa menekan potensi importasi tekstil dan produk tekstil. Menurut dia, kalau industri dalam negeri yang merupakan padat karya itu kolaps, maka peningkatan jumlah pengangguran tidak bisa dibendung. Tak hanya itu, industri tekstil juga berkaitan erat dengan pelaku IKM. "Kalau industri tekstil banjir impor, bukan hanya industri tetapi juga IKM juga terdampak," kata dia.

Koordinator Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung Rudi Margono mengatakan masih ada celah untuk melakukan importasi ilegal. Menurut dia, modus yang paling umum adalah impor yang melebihi kuota dari yang ditetapkan.

Dia mengatakan Batam dan Surabaya masih menjadi pintu utama datangnya tekstil ilegal. "Dokumen dimanipulasi. Isi jumlah kontainer beda dengan dokumen. Ada kongkalikong dengan penerima," kata dia.

Advertising
Advertising

Baca: Kedelai Batan Diklaim Tinggi Protein dan Rendah Lemak dibanding Produk Impor



LARISSA HUDA

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

1 hari lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

2 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

2 hari lalu

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

3 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

5 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

6 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya