Pengusaha Berharap Ekspor dan Konsumsi RI Naik Pasca New Normal

Reporter

Caesar Akbar

Editor

Rahma Tri

Selasa, 26 Mei 2020 11:48 WIB

Sejumlah pengunjung mengikuti prosedur jaga jarak fisik dan diperiksa suhu tubuhnya sebelum memasuki mal di Padang, Sumatera Barat, Rabu, 20 Mei 2020. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani memperkirakan ekspor dan konsumsi nasional akan kembali meningkat setelah kebijakan New Normal diterapkan di Tanah Air. Namun, kenaikan itu relatif terhadap kondisi satu hingga dua bulan terakhir.

"Peningkatannya akan lama dan belum akan setinggi seperti pada masa pra-pandemi," ujar Shinta kepada Tempo, Senin, 25 Mei 2020.

Proyeksi dengan asumsi kebijakan new normal sukses ditransisikan pelaksanaannya tanpa meningkatkan penyebaran wabah di Indonesia yang lebih eksponensial dari saat ini. Dengan demikian, tutur Shinta, tidak ada tekanan dari masyarakat internasional terkait kebijakan tersebut. Pasalnya, tekanan tersebut dikhawatirkan malah bisa menjadi sentimen negatif terhadap iklim usaha di investasi di Tanah Air.

Karena itu, Shinta mengatakan hingga saat ini dunia usaha masih memantau bagaimana proses normalisasi bakal dijalankan setelah adanya pembatasan akibat pandemi ini. Para pengusaha, menurut dia, berharap kebijakan itu lancar diterapkan sehingga bisa mendorong kinerja manufaktur dan ekspor-impor.

"Secara logis, dengan new normal seharusnya hambatan-hambatan logistik, pembatasan-pembatasan jam operasional, berbagai bentuk karantina, dan tekanan untuk tutup operasi dari Pemda akan turun. Sehingga, (hambatan) kegiatan operasi perusahaan baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor bisa berkurang drastis dan kinerja manufaktur nasional bisa lebih tinggi dibanding 1-2 bulan terakhir," ujar Shinta.

Meskipun demikian, ia menilai tekanan pada kinerja manufaktur dan ekspor-impor tidak hanya terjadi karena regulasi terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau kebijakan pengendalian pandemi lainnya. Tekanan juga datang dari rendahnya permintaan pasar nasional dan global yang belum bisa diprediksi pemulihannya. "Apakah akan dalam waktu dekat akan seperti apa, karena sangat-sangat tergantung kepada confidence pasar dalam negeri dan pasar global untuk meningkatkan pengeluaran atau melakukan transaksi yang sifatnya lebih non-primer atau non-esensial."

Berita terkait

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

4 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Tips Kelola Keuangan dengan, Jangan Lupa Atur Porsi Konsumsi

4 hari lalu

Tips Kelola Keuangan dengan, Jangan Lupa Atur Porsi Konsumsi

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret memberikan tips kelola keuangan dalam perencanaan keuangan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

6 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Apindo Sebut Keputusan MK dalam Sengketa Pilpres Berdampak Positif bagi Investasi dan Dunia Usaha

6 hari lalu

Apindo Sebut Keputusan MK dalam Sengketa Pilpres Berdampak Positif bagi Investasi dan Dunia Usaha

Asosiasi Pangusaha Indonesia atau Apindo merespons soal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan dalam sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

6 hari lalu

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

PGE berkomitmen dalam penghematan konsumsi energi dan pengendalian jumlah limbah.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

7 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

7 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

7 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

7 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya