Harga Minyak Anjlok, Arcandra Tahar: Harga Gas Belum Tentu Turun
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rahma Tri
Minggu, 26 April 2020 11:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memberi penjelasan soal hubungan antara harga minyak mentah dengan harga gas alam. Keduanya, kata Arcandra, belum tentu akan berjalan linier karena penentuan harga gas alam yang berbeda-beda.
“Bagi yang berkontrak dengan harga yang tidak berhubungan dengan harga crude oil, maka harga gas alam tidak terpengaruh (turunnya harga minyak mentah),” kata Arcandra dalam akun instagramnya di Jakarta, Minggu, 26 April 2020.
Sebaliknya, bagi yang berkontrak mengikuti harga minyak mentah dunia, maka harga gas alam akan terpengaruh. Namun, gas alam yang dimaksud Arcandra dalam penjelasannya ini tidak termasuk Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang kini menjadi sumber energi bagi jutaan rumah tangga di Indonesia.
Arcandra menjelaskan, di industri gas alam, ada empat mekanisme dalam menentukan harga di pasar. Ada yang terkait harga minyak mentah, dan ada yang tidak. Pertama untuk harga gas yang dikaitkan dengan harga minyak mentah, misalnya, harga gas per mmbtu adalah 11 persen dari harga minyak mentah.
Kedua, harga gas yang dibuat sama sepanjang tahun dan tidak tergantung fluktuasi harga minyak mentah. Misalnya harga flat US$ 6 per mmbtu. Ketiga, harga yang ditetapkan berdasarkan harga dasar ditambah dengan eskalasi setiap tahunya dan tidak tergantung crude oil. “Misalnya harga gas alam sama dengan US$ 6 per mmbtu ditambah 3 persen eskalasi per tahun,” kata dia.
<!--more-->
Keempat, harga ditetapkan berdasarkan harga dasar ditambah dengan fluktuasi harga produk yang dihasilkan dan tidak tergantung crude oil. Misalnya harga gas sama dengan US$ 6 per mmbtu ditambah 1 persen harga ammonia. “Jadi, harga gas alam ditentukan oleh mekanisme pasar dengan siapa penawar terbaik,” kata Arcandra Tahar lagi.
Sebelumnya, pada 21 April 2020, harga minyak mentah berjangka AS sempat anjlok di bawah US$ 0 untuk pertama kalinya dalam sejarah. Jebloknya harga minyak mentah ini terjadi di tengah kelebihan pasokan yang disebabkan oleh virus Corona.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei merosot US$ 55,9 atau lebih dari 305 persen menjadi menetap di minus US$ 37,63 per barel di New York Mercantile Exchange. Sebelumnya harga emas hitam itu menyentuh titik terendah sepanjang masa yakni minus US$ 40,32 per barel.
Sementara itu, patokan global, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun US$ 2,51 atau sembilan persen menjadi ditutup pada US$ 25,57 per barel di London ICE Futures Exchange. Penurunan Brent tidak sederas WTI karena lebih banyak tempat penyimpanan tersedia di seluruh dunia.
FAJAR PEBRIANTO | ANTARA