Rupiah Melemah Hingga Siang Ini, Investor Masih Hati-Hati

Reporter

Antara

Rabu, 9 Oktober 2019 12:17 WIB

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS sejak pembukaan pasar pada Rabu pagi, hingga siang ini terus menunjukkan pelemahan yang diduga kuat karena "kehati-hatian" investor setelah memanasnya friksi perdagangan antara AS dan Cina menjelang pertemuan kedua negara pada 10-11 Oktober 2019.

Di pasar spot Rabu pagi, rupiah ditransaksikan pada level Rp 14.170 per dolar AS atau turun sembilan poin dibanding penutupan kemarin sore di Rp 14.161 per dolar AS. Hingga siang pukul 11.30 WIB, rupiah kian melemah hingga diperdagangkan di level Rp14.177 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan pelaku pasar mengkhawatirkan munculnya friksi-friksi baru antara AS dan China yang memperluas sengketa dagang kedua negara raksasa itu. Hal itu berpotensi terjadi setelah AS menuduh China melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap muslim Uighur, yang dibantah oleh China.

Dengan alibi pelanggaran HAM itu, Washington menambah daftar hitam terhadap beberapa perusahaan teknologi dari Cina. Dengan begitu, entitas perusahaaan China tersebut tidak bisa berbisnis dengan perusahaan AS.

Dinamika tersebut dikhawatirkan meningkatkan resistensi Cina untuk bernegoisasi menyelesaikan konflik dagang yang sudah terjadi selama 15 bulan terakhir dan telah mengubah pandangan terhadap perekonomian global.

Advertising
Advertising

"Pelaku pasar kembali bersikap hati-hati di tengah kembali memanasnya ketegangan AS - Cina, yang sudah mengalami perang dagang selama 15 bulan terakhir. Khawatir meningkat menjadi ketegangan politik, karena AS menuduh Cina melakukan pelanggaran HAM terhadap muslim Uighur," ujar dia.

Senada dengan spot, di kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/ (Jisdor), rupiah dipatok di Rp 14.182 per dolar AS atau melemah 0,08 persen dibandingkan posisi Selasa, 8 Oktober 2019. Pelemahan ini membuat rupiah terus terdepresiasi selama empat hari beruntun di kurs tengah BI sejak Jumat, 4 Oktober 2019.

Namun, menurut Ariston, rupiah tidak akan melemah terlalu dalam. Pasalnya, investor juga memperhatikan potensi kembali diturunkannya suku bunga acuan Bank Sentral AS The Fed, sehingga mata uang "greenback" itu belum akan menjadi primadona di tengah ketidakpastian hubungan perdagangan global ini.

"Apresiasi dolar AS cukup terbatas, karena ada potensi pemangkasan suku bunga Fed. Ekspektasi pemangkasan suku bunga tentu akan mendorong pelemahan nilai tukar dolar AS," ujar dia.

Berita terkait

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

28 menit lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

23 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

2 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

3 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

4 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya