Presiden Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Global Akan Lebih Lambat

Reporter

Bisnis.com

Rabu, 18 September 2019 08:58 WIB

Kandidat AS dalam pemilihan Presiden Bank Dunia David Malpass berbicara di sebuah acara di Gedung Putih di Washington, AS, 6 Februari 2019. REUTERS/Jim Young

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Bank Dunia (World Bank) David Malpass menyatakan pertumbuhan ekonomi global akan lebih lambat dari yang diperkirakan. Tumpukan utang dengan yield negatif menjadi indikatornya.

“Perlambatan pertumbuhan global berbasis luas. Perkembangan terbaru mengisyaratkan ekspansi dunia tahun 2019 kemungkinan akan meleset dari proyeksi Bank Dunia pada Juni sebesar 2,6 persen,” ungkap Malpass dalam sebuah pidato di Washington pada Selasa, 17 September 2019.

“Tingkat pertumbuhan nominal tampaknya akan melambat menjadi kurang dari 3 persen, suatu kekecewaan yang besar dari laju sekitar 6 persen pada 2017 dan 2018,” katanya.

Menurut Malpass, obligasi bernilai sekitar US$15 triliun dengan yield nol atau negatif menunjukkan bahwa investor menerima premis pasar atas return yang sangat rendah atau bahkan negatif selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.

“Modal beku ini menyiratkan pertumbuhan lebih lambat di masa depan,” tuturnya.

Komentar Malpass di Washington, pidato penting pertamanya di depan publik sejak menjabat pada April, disampaikan ketika prospek ekonomi global meredup menjelang pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) bulan depan.

IMF dikabarkan tengah bersiap untuk memperbarui proyeksi pertumbuhannya dalam World Economic Outlook terbaru, setelah menurunkan proyeksi pada Juli menjadi 3,2 persen tahun ini.

Selain perlambatan Cina, perlambatan global terlihat dalam penurunan yang substansial di Argentina, India, dan Meksiko, ditambah kondisi yang mengecewakan di seluruh negara berkembang.

“Beberapa bagian di Eropa berada dalam resesi atau mendekatinya, dengan Jerman dan Inggris mengalami kontraksi pada satu kuartal, sementara Italia dan Swedia telah mengalami stagnasi selama beberapa kuartal,” ujar Malpass.

Sementara itu, sejumlah besar modal yang terkunci dalam obligasi ber-yield rendah dengan tingkat investasi modal yang secara historis kurang bergairah menyiratkan bahwa pertumbuhan, terutama di negara-negara berkembang, akan tetap lambat karena stok modal saat ini memburuk. “Itu tantangan bagi Bank Dunia,” kata Malpass.

Bank-bank sentral di seluruh dunia telah bergulat menghadapi pertumbuhan yang lebih lemah karena perang perdagangan AS-Cina menambah ketidakpastian untuk konsumen dan bisnis.

Pada Juli, bank sentral AS Federal Reserve merujuk pada implikasi perkembangan global terhadap prospek ketika memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade.

Para pembuat kebijakan The Fed diperkirakan kembali memangkas suku bunganya dalam pertemuan kebijakan yang berakhir Rabu (18/9) waktu setempat.

BISNIS

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

8 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

19 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

23 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

5 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

5 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

5 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

7 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya