Sembilan Pabrik Tekstil Tutup, Ekonom: Bukan karena Produk Impor

Reporter

Dias Prasongko

Editor

Rahma Tri

Selasa, 10 September 2019 17:10 WIB

Pekerja menjalankan mesin tenun listrik di pabrik kain Desa Padamulya, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Pemerintah menargetkan ekspor produk TPT tahun 2019 mencapai USD 15 miliar atau naik 11 persen dibanding tahun lalu. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute Center for Public Policy, M. Rifki Fadilah, menilai tutupnya sembilan pabrik tekstil sepanjang 2018-2019 bukan karena kalah bersaing dengan produk impor. Dia justru melihat tutupnya pabrik tersebut lebih banyak karena faktor inefisiensi.

"Tutupnya 9 perusahaan harus dijadikan pelajaran, jika perusahaan tidak bisa mengalokasikan input produksinya dengan efisien, alhasil biaya marginal produksinya jauh lebih besar dibandingkan pendapatan marginalnya," kata Rifki dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa 10 September 2019.

Rifki meminta kasus tutupnya sembilan perusahaan tekstil ini harus dilihat secara lebih mendalam. Sebab, dari ribuan perusahaan tekstil hanya sembilan yang gulung tikar. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan bukan terletak pada impor semata.

Berdasarkan data, kata Rifki, pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil saat ini terus membaik. Apalagi, dalam dalam dua tahun terakhir perkembangan industri TPT terus membaik di pasar domestik maupun global.

Data menunjukkan. laju pertumbuhan triwulan IV 2018 naik sebesar 8,73 persen serta peningkatan ekspor sebesar 5,55 persen. Belum lagi, saat ini pemerintah tengah menjadikan industri tekstil sebagai industri strategis dan prioritas nasional.

Advertising
Advertising

Karena itu, Rifki meminta pelaku industri tekstil untuk lebih bersikap hati-hati dan mengedepankan efisiensi. Apalagi sejak 2005, industri tekstil telah masuk sebagai salah satu industri yang sudah diliberalisasi. Karena itu, tidak heran jika industri TPT mengalami kompetisi yang semakin ketat.

"Diliberalisasi, artinya persaingan sudah dibuka lebar kepada pemain dalam maupun luar, sekarang tinggal bagaimana pengusaha untuk memanfaatkan pasar dengan cara berproduksi se-efisien mungkin supaya bisa mendapat pangsa pasar yang besar," kata Rifki.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyebut sembilan perusahaan tekstil terpaksa tutup dalam kurun 2018-2019 karena impor tekstil dan garmen yang membanjir. Besarnya volume produk impor kain membuat industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri sulit bersaing karena harga kain impor yang lebih murah.

Dampak dari tutupnya perusahaan tekstil adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 2.000 orang pekerja dan pengurangan lapangan kerja. Adapun, industri tekstil saat ini lebih banyak berorientasi domestik sebab kualitas barang yang belum memenuhi syarat ekspor, sehingga tidak ada pilihan untuk memasarkan di dalam negeri.

DIAS PRASONGKO

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

2 hari lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

3 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

3 hari lalu

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

4 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

5 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

7 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

7 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya