Kepala Unit Pengelola Bandara APT Pranoto Samarinda Dodi Dharma, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B. Pramesti, dan Kepala Dinas Perhubungan Kalimantan Timur Salman Lumoindong memaparkan kondisi arus balik di Bandara Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda, Jumat, 7 Juni 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana
TEMPO.CO, Balikpapan – Pergerakan penumpang pesawat di 36 posko bandara pemantauan di Indonesia menunjukkan kemerosotan hingga 32 persen. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B. Pramesti mengatakan tren ini terjadi karena adanya perbedaan waktu libur.
“Saat ini libur Lebaran tidak berbarengan dengan liburan anak sekolah. Beda dengan tahun lalu,” ujar Polana kala ditemui di Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu, 8 Juni 2019.
Berbeda dengan Lebaran yang berlangsung pada minggu pertama Juni, libur sekolah untuk akhir semester II baru dimulai pada awal pekan Juli. Lantaran beda momentum libur, Polana memprediksi akan terjadi persebaran distribusi penumpang.
Menurut dia, sebagian penumpang pesawat baru akan melakukan perjalanan saat libur sekolah dimulai. Karena itu, ia memprediksi jumlah penumpang pesawat hingga Juli nanti masih akan terjadi pertumbuhan bila dibandingkan dengan hari biasa.
Selain karena perbedaan waktu libur, anjloknya jumlah penumpang maskapai juga terjadi karena tren perpindahan penumpang ke moda transportasi lain. Polana mengatakan sebagian penumpang angkutan udara rute dalam Pulau Jawa dan Sumatera terpantau berpindah ke moda angkutan darat karena dibukanya akses Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera.
Dengan begitu, ia memperkirakan harga tiket pesawat bukan satu-satunya faktor yang membuat angka penumpang angkutan udara merosot.
“Tarif pesawat yang berlaku saat ini bukan alasan yang menyebabkan penurunan karena tarif batas atasnya sudah turun. Seharusnya harga tiket Lebaran tahun ini lebih rendah dibanding tahun lalu,” ucapnya.
Kendati begitu, Kementerian Perhubungan masih akan melakukan pendalaman terhadap tren penurunan jumlah penumpang angkutan udara. Analisis tersebut bakal dilakukan oleh tim Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pasca-arus balik kelar.
Menurut sistem informasi angkutan dan sarana transportasi Indonesia atau Siasati, jumlah keberangkatan penumpang di 36 bandara secara kumulatif mulai H-7 hingga H+2 hanya 2,1 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, angka pergerakan penumpang mencapai 3,2 juta.
Angka penurunan penumpang paling tajam terjadi pada H+2 Lebaran. Berdasarkan pemantauan Tempo di situs tersebut, pada 7 Juni 2019, jumlah keberangkatan penumpang di 36 bandara menurun sampai 56,45 persen dari tahun lalu. Bila pada H+2 2018 terdapat 303.454 penumpang berangkat, Kementerian Perhubungan mencatat pada periode yang sama hanya terdapat 136.370 penumpang.