Perang Dagang, AS Minta Korsel Tolak Huawei?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rahma Tri
Kamis, 23 Mei 2019 10:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah terlibat perang dagang dengan Cina, pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan melobi Korea Selatan untuk berpihak kepadanya. Gedung Putih dikabarkan meminta Negeri Ginseng untuk tidak lagi menggunakan produk-produk Huawei Technologies dari Cina, dengan dalih alasan keamanan.
Baca juga: Sri Mulyani Prediksi Perang Dagang AS-Cina Bakal Lama
Mengutip informasi sumber diplomatik, surat kabar Korea Selatan Chosun Ilbo mengungkapkan adanya pertemuan seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS dengan pejabat pemerintah Korea Selatan baru-baru ini. Dalam pertemuan itu, pihak AS mengatakan bahwa perusahaan telekomunikasi asal Korsel LG Uplus Corp., yang menggunakan peralatan Huawei, seharusnya tidak diperbolehkan melancarkan layanannya di daerah-daerah sensitif di Korea Selatan.
Kampanye anti-Huawei semakin intensif pekan lalu, ketika Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang secara efektif melarang penggunaan peralatan Huawei pada jaringan-jaringan telekomunikasi AS dengan alasan keamanan nasional. Selain itu, Departemen Perdagangan AS membatasi pembelian Huawei atas teknologi AS.
Di sisi lain, meski Korea Selatan sekutu AS, Cina adalah pasar ekspor terbesar Negeri Ginseng ini. Cina menerima hampir seperempat dari total ekspor Korea Selatan dalam empat bulan pertama tahun ini, menurut data pemerintah Korea Selatan.
Baik Kedutaan Besar AS di Korsel maupun Kementerian Luar Negeri Korsel belum mengomentasi kabar ini. Sementara itu, pihak LG Uplus menyatakan belum menerima informasi apapun terkait penggunaan Huawei.
Baca: Perang Dagang AS-Cina Berlanjut, Ekspor RI Kian Tertekan
“LG Uplus belum memperoleh pernyataan atau permintaan apapun dari Kementerian Luar Negeri Korea Selatan atau Amerika Serikat tentang penggunaan peralatan Huawei oleh kami,” ujar seorang pejabat LG Uplus kepada Reuters, Kamis 23 Mei 2019.
Perang dagang AS-Cina ini telah membuat beberapa negara terimbas, termasuk Indonesia. Indonesia mengalami dampak positif sekaligus negatif dari perseteruan dua negara ini.
BISNIS