Core: Pertumbuhan Utang Luar Negeri RI Masih Aman, Tapi...

Reporter

Caesar Akbar

Sabtu, 18 Mei 2019 17:42 WIB

ilustrasi uang

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics Piter Abdullah menilai pertumbuhan utang luar negeri yang mencapai 7,9 persen pada triwulan I 2019 terhitung masih aman. Namun, ia berpendapat persoalan peran fiskal bukan hanya pada besarnya utang pemerintah, melainkan pada fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara itu sendiri.

Baca juga:
Triwulan I 2019, Utang Luar Negeri Tembus USD 387,6 Miliar

"APBN adalah tools bagi pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi agar bisa mensejahterakan masyarakat. Sejauh ini pemerintah belum maksimal memanfaatkan APBN sesuai fungsinya itu," ujar Piter dalam pesan singkat, Sabtu, 18 Mei 2019.

Bank Indonesia mencatat utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan I 2019 tembus US$ 387,6 miliar. ULN Indonesia tersebut tumbuh 7,9 persen year on year lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.

Peter melihat APBN belum dimanfaatkan secara maksimal lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia terjebak di kisaran 5 persen dan itu berbahaya. Sebab, dengan pertumbuhan ekonomi hanya 5 persen, maka lapangan kerja yang tersedia untuk tenaga kerja Indonesia tidak akan cukup. Imbasnya, pengangguran akan terus meningkat dan memuncak pada 2030.

"Pada tahun itu kita alih-alih mendapatkan bonus demografi, yang akan kita dapatkan adalah bencana demografi yang ditandai oleh meledaknya angka pengangguran. Ini akan terjadi kalau kita hanya tumbuh rata-rata 5 persen sampai dengan tahun 2030," kata Piter.

Untuk memaksimalkan fungsi APBN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, Piter berpendapat seharusnya APBN tidak terlalu konservatif dengan batasan defisit 3 persen dari Produk Domestik Bruto. Ia menyebut seharusnya APBN punya ruang pada kapan defisitnya boleh lebih dari 3 persen dan kapan harus di bawah 3 persen.

"APBN bisa bersifat counter cyclical. Apabila strategi pengelolaan APBN ini kita pilih maka utang pemerintah seharusnya tidak lagi menjadi isu," kata Piter.

Sebab, ujar Piter, pertumbuhan utang sejatinya adalah konsekuensi dari defisit APBN yang ditetapkan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat. Ukuran pertambahan utang masih baik atau sudah berbahaya harus diawali dengan melihat APBN dan defisitnya. Setelah itu, baru lah dilihat rasio-rasio terkait utang itu sendiri.

"Kalau kita lihat APBN dan defisitnya, saya harus mengatakan masih sangat baik bahkan dapat dikategorikan terlalu konservatif. Batasan defisit APBN sebesar 3 persen PDB itu sangat ketat. Terlalu konservatif," kata Piter.

Dari sisi rasio utang, dia mengatakan kondisi utang masih sangat aman. Rasio utang pemerintah terhadap PDB masih di kisaran 30 persen, jauh di bawah batas aman di kisaran 60 persen.

"Yang perlu sedikit jadi perhatian adalah porsi ULN dan debt service ratio yang masih tinggi, tapi belum terlalu buruk, buktinya pemerintah tidak pernah gagal bayar," kata Piter. "Artinya utang luar negeri masih dalam batas aman dan pemerintah juga terus berupaya mengurangi porsi utang luar negeri."

Berita terkait

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

2 hari lalu

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

Vitamin D memiliki peran dalam menjaga pertumbuhan otot dan tulang yang optimal dengan absorbsi kalsium di saluran cerna.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

7 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

12 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

13 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

13 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Cara Menghitung THR untuk Tiap Kategori Karyawan, 7 Maskapai Diminta Tak Naikkan Harga Tiket

47 hari lalu

Terkini: Cara Menghitung THR untuk Tiap Kategori Karyawan, 7 Maskapai Diminta Tak Naikkan Harga Tiket

Berita terkini ekonomi dan bisnis pada Ahad siang, 17 Maret 2024, dimulai dari cara menghitung THR untuk karyawan tetap, kontrak dan pekerja lepas.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

56 hari lalu

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

BI mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 senilai US$ 144 miliar.

Baca Selengkapnya

Mengukur Imbas Resesi Jepang terhadap Ekspor Indonesia

2 Maret 2024

Mengukur Imbas Resesi Jepang terhadap Ekspor Indonesia

Jepang telah masuk ke dalam jurang resesi usai pertumbuhan ekonominya kontraksi atau minus dua kuartal berturut-turut. Bagaimana dampaknya ke perekonomian Indonesia?

Baca Selengkapnya

4 Langkah Penting agar Tumbuh Kembang Anak Optimal

1 Maret 2024

4 Langkah Penting agar Tumbuh Kembang Anak Optimal

Nutrisi tepat adalah komponen penting yang memungkinkan anak tumbuh, belajar, dan berkembang untuk awal tumbuh kembang anak.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Perkirakan Ekonomi Global 2024 Lebih Lemah dari Tahun Lalu

29 Februari 2024

Bank Indonesia Perkirakan Ekonomi Global 2024 Lebih Lemah dari Tahun Lalu

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 hanya akan mencapai 3 persen.

Baca Selengkapnya