TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat posisi outstanding utang pemerintah per April 2019 mencapai angka Rp 4.528 triliun. Angka ini menurun jika dibandingkan pada Maret 2019 yang mencapai angka Rp 4.567 triliun.
Baca: Indonesia Terbitkan Surat Utang Samurai Bonds, Terbesar di Asia
"Pembiayaan utang mengalami penurunan sebanyak Rp 38,86 triliun dibandingkan Maret kemarin," kata Sri Mulyani saat mengelar konferensi pers tentang APBN Kita di kompleks Kementerian Keuangan, Kamis 16 Mei 2019.
Sri Mulyani menjelaskan posisi utang pemerintah per April 2019 tetap berada dalam level yang aman. Menurut dia, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto mencapai 29,65 persen atau masih di bawah 30 persen sesuai dalam ketentuan Undang-Undang Keuangan Negara.
Dalam buku APBN Kita yang diterbitkan Kementerian Keuangan, porsi utang pemerintah paling banyak bersumber dari penerbitan surat berharga negara atau SBN dibandingkan pinjaman. Total utang yang berasal dari SBN mencapai 82,76 persen sedangkan pinjaman sebanyak 17,24 persen.
Adapun dari total utang SBN yang mencapai 82,76 persen dari total utang pemerintah, sebanyak 60,41 persen merupakan utang dalam bentuk rupiah. Sedangkan dalam denominasi valas utang pemerintah mencapai 22,35 persen.
Baca: Pemerintah Ajukan Utang Baru Rp 4,2 Triliun ke ADB
Sementara itu, jika dibandingkan pada periode yang sama pada 2018, total utang pemerintah bertambah sebanyak Rp 348 triliun. Atau pada periode April 2018 posisi utang pemerintah saat itu baru mencapai Rp 4.180 triliun.