Menperin: Mempercepat Petrokimia Gak Kayak Bikin Pabrik Tahu

Selasa, 16 April 2019 14:29 WIB

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjajal kendaraan Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDes) yang telah dimodifikasi pada Indonesia Modification Expo (IMX) 2018 di Balai Kartini, Jakarta, Ahad, 18 November 2018. Kendaraan karya anak bangsa ini memiliki daya angkut sebesar 700 kg. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pembangunan industri petrokimia membutuhkan waktu tiga hingga empat tahun lamanya sampai bisa beroperasi secara penuh. Oleh karena itu peningkatan kapasitas produksi dari produk petrokimia dalam negeri belum bisa dilakukan secara cepat dan kebutuhan akan produk impor pun menjadi tidak terelakkan.

Baca: Arcandra Tahar: Petrokimia Topang Masa Depan Industri Ekstraktif

"Kalau mempercepat petrokimia itu kan nggak kayak bikin pabrik tahu," kata Airlangga dalam acara Indonesia Industrial Summit di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, Selasa, 16 April 2019.

Besarnya impor produk petrokimia ini sebelumnya diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di acara yang sama pada Senin, 15 April 2019. Menurut dia, ada tiga kelompok barang yang masih mendominasi impor Indonesia. Ketiganya yaitu besi, baja, dan turunannya; petrokimia; dan kimia dasar.

"Ketiganya mendominasi 60 persen dari impor Indonesia," kata Darmin pada pembukaan acara Indonesia Industrial Summit di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, Senin, 15 April 2019. Adapun beberapa produk-produk petrokimia yang banyak digunakan di dalam negeri, mulai dari pipa plastik, poliester pada produk pakaian, hingga produk-produk pada farmasi dan pakaian.

Advertising
Advertising

Dari catatan Kemenperin, Indonesia mengimpor barang-barang petrokimia hingga senilai US$ 15 miliar atau setara Rp 210 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS) sepanjang 2018.
Sementara dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS), impor dari golongan barang plastik dan barang dari plastik yang merupakan produk hilir dari petrokimia, menempati urutan impor terbesar keempat sepanjang 2018 dengan jumlah mencapai US$ 9,2 miliar.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono juga mengatakan bahwa produksi lokal baru bisa memenuhi 20 persen dari kebutuhan 6 juta ton petrokimia setiap tahunnya. Penyebabnya, belum banyak industri di hulu petrokimia dalam negeri karena besarnya biaya investasi. "Untuk kapasitas produksi 1 juta ton saja, perlu adanya dana sebesar US$ 3,5 miliar atau setara Rp 49 triliun," kata Achmad saat dihubungi.

Atas kondisi inilah, pemerintah menutupi kekurangan ini dengan mempercepat produksi plastik daur ulang. Sebagai salah satu produk petrokimia, plastik selama ini dibutuhkan dalam industri konstruksi, otomotif, hingga makanan minuman. Saat ini kapasitas plastik yang berhasil di daur ulang untuk digunakan kembali baru sekitar 10 persen. Dengan percepatan ini, jumlahnya diharapkan bisa naik menjadi 25 persen.

Selain itu, investasi pada industri plastik daur ulang ini lebih kecil dari industri petrokimia dan waktu produksi yang kurang dari satu tahun. Sehingga dari pada mengimpor terlalu banyak produk petrokimia, Airlangga mengatakan pihaknya bakal fokus pada produksi plastik daur ulang ini.

"Kami lagi bicara dengan pemerintah daerah dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bagaimana mendorongnya, bila perlu kami bahas mengenai insentif," kata Airlangga.

Baca: Target Pertumbuhan Industri Petrokimia di Kisaran 8 Persen

Namun, Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan bentuk insentif yang akan diberikan masih perlu dibahas lebih lanjut. Akan tetapi karena nilai investasinya lebih rendah, insentif yang diberikan pada industri plastik daur ulang ini tidak akan seperti industri petrokimia yang saat ini mendapat fasilitas libur pajak alias tax holiday.

Simak berita terkait petrokimia lainnya di Tempo.co.

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

22 jam lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

1 hari lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

2 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

2 hari lalu

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

3 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

3 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Hadiri Penetapan Prabowo - Gibran sebagai Presiden dan Wapres Terpilih, Anies: Hormati Proses Bernegara

4 hari lalu

Hadiri Penetapan Prabowo - Gibran sebagai Presiden dan Wapres Terpilih, Anies: Hormati Proses Bernegara

Anies dan Muhaimin hadir dalam acara penetapan presiden wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di KPU hari ini.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

4 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

5 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.

Baca Selengkapnya