TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil,dan Aneka (IKTA), Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono menargetkan pertumbuhan industri Petrokimia sebesar 7-8 persen. "Target pertumbuhan industri petrokimia 7,6 persen. Tahun lalu sekitar itu jadi targetnya hampir sama 7-8 persen di 2018 ini," kata Sigit di Hotel Pullman, Jakarta Barat, Senin, 5 Februari 2018.
Adapun industri petrokimia masih menghadapi cukup banyak tantangan. Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAPLAS) Didik Susilo mengatakan di tahun politik ini, industri petrokimia harus bersiap diri menghadapi iklim bisnis yang kurang stabil.
"Pilkada serentak dan pemilu menjadi agenda politik yang menjadi perhatian masyarakat banyak. Sementara tantangan tersebut masih kami hadapi sampai saat ini," ujar Didik.
Ia menjelaskan, tantangan industri petrokimia yang lainnya ialah adanya penerapan cukai plastik. Selain itu, program penurunan volume sampah 25 persen oleh pemerintah yang direncanakan juga akan mempengaruhi jumlah konsumsi barang plastik.
"Belum lagi ada perjanjian perdagangan bebas (FTA) antara Asean dengan China, hal ini bakal menimbulkan lonjakan harga produk jadi plastik," ujar dia.
Sebagai informasi, impor barang jadi plastik masih tinggi, sekitar US$ 2 miliar atau senilai 800.000 ton tiap tahunnya. Namun, sampai saat ini belum ada integrasi antara industri petroleum dan petrokimia sehingga ketersediaan bahan baku terbatas.