Penghargaan Sri Mulyani Dicerca, Jubir Kemenkeu Tak Tinggal Diam
Reporter
Dias Prasongko
Editor
Rahma Tri
Minggu, 7 April 2019 21:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akhirnya buka suara menanggapi kritikan pedas yang dialamatkan kepada penghargaan Menteri Keuangan Terbaik se-Asia Pasifik yang diterima Sri Mulyani Indrawati. Seperti diketahui, Sri Mulyani telah mencatat hattrick, tiga tahun berturut-turut dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik se- Asia Pasifik oleh FinanceAsia.
Baca: Refleksi 2018 Sri Mulyani: Defisit APBN Terendah Sejak 2012
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nufrasa Wira Sakti, mengatakan penghargaan yang diterima Menteri Sri Mulyani ini bukan yang pertama. Selain itu, berbagai penghargaan dan pengakuan tingkat nasional juga telah banyak diraih sebelum mendapat penghargaan ini.
"Saat memberikan penilaian, mereka tentu melihat kinerja Menteri Keuangan secara menyeluruh dan analisis yang mendalam atas keberhasilan beliau mengelola keuangan negara, tidak hanya sepotong-sepotong," kata Nufransa dalam keterangannya yang diunggah lewat akun facebook miliknya, dikutip Ahad, 7 April 2019.
Sebelumnya, analis dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat Gede Sandra mengkritik pencapaian Menteri Keuangan di tingkat global ini. Ia mengkritik empat hal yakni, imbal hasil surat utang yang tinggi, Nett International Investment Position yang masih negatif, rasio pajak yang rendah, serta defisit neraca perdagangan yang melebar.
Tak hanya Gede, Wakil Ketua Umum Partai Gerinda Fadli Zon pun ikut mencerca penghargaan yang diterima Sri Mulyani ini. Ia mengatakan bahwa Sri Mulyani memang menteri terbaik, tetapi baik di mata asing bukan rakyat Indonesia. Karena menyenangkan bosnya, maka ia mendapat ganjaran hadiah.
Nufransa menjelaskan Sri Mulyani mendapat penghargaan dari lembaga FinanceAsia karena dianggap berhasil dalam mengelola defisit APBN sehingga bisa menurun tajam. Penurunan defisit APBN secara tajam menggambarkan kemampuan pemerintah dalam mengelola global volatility guna memperkuat dan menyehatkan APBN.
"Ini sangat kontras dengan negara India, Turki dan Brazil yang menjelang pemilu dan dalam situasi gejolak global menyebabkan kondisi APBN makin besar defisitnya," kata Nufrasa.
<!--more-->
Kondisi tersebut menjadi tanda bahwa kebijakan ekonomi Indonesia sangat prudent dan efektif serta fleksibel. Kondisi itu juga membuktikan bahwa struktur ekonomi Indonesia memiliki daya tahan tinggi terhadap goncangan ekonomi global.
Kemudian, menurut Nufrasa, Sri Mulyani dianugerahi gelar tersebut juga karena telah menerbitkan global Green Sukuk pada. Selain itu, FinanceAsia juga menganggap Sri Mulyani juga berhasil menjaga perekonomian Indonesia dari gejolak agar tetap stabil dan tetap kredibel.
Baca juga: Sri Mulyani Yakin Kinerja Fiskal Tahun Ini Sebaik 2018
Dalam hal ini, global Green Sukuk menunjukkan kreativitas financing dan kepedulian pemerintah mengenai masalah climate change atau perubahan iklim. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memiliki pemikiran yang kreatif sekaligus bisa memperlebar basis investor dari instrumen surat utang negara.
Karena itu, Nufransa heran dengan adanya beberapa pihak yang mengkritik penerimaan penghargaan yang diterima Sri Mulyani ini. Ia menilai pihak-pihak yang mengkritik tersebut adalah pihak yang mencari-cari alasan dan kesalahan serta kelemahan. "Mental seperti itu adalah mental inferior dan pecundang. Mental seperti ini menjadi penghambat terbesar kemajuan Indonesia," kata Nufransa.
DIAS PRASONGKO