The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin

Kamis, 20 Desember 2018 07:36 WIB

Ilustrasi bursa efek Amerika dan nilai mata uang dollar Amerika. Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir pada Rabu lalu waktu setempat atau Kamis dini hari WIB. Suku bunga acuan (Fed Funds Rate atau FFR) dinaikkan sesuai perkiraan yakni sebesar 25 basis poin ke kisaran 2,25-3,5 persen.

Baca: Tanggapan Darmin Nasution Soal BI Naikkan Suku Bunga

Kenaikan suku bunga ini adalah kali keempat dilakukan sepanjang 2018. Pada saat yang sama, The Fed juga memproyeksikan langkah penaikan suku bunga yang lebih sedikit pada tahun depan. Selain itu The Fed mengisyaratkan siklus pengetatan yang mendekati akhir dalam menghadapi volatilitas pasar keuangan dan perlambatan pertumbuhan global.

Sementara itu, proyeksi terbaru yang dirilis pada hari yang sama menunjukkan para pembuat kebijakan memperkirakan dua kali penaikan suku bunga pada 2019 dan satu kali penaikan pada 2020.

Hal ini berbeda dengan proyeksi sebelumnya pada September yang mengindikasikan tiga penaikan suku bunga tahun depan dan satu kali penaikan pada tahun berikutnya. Perubahan ini seakan mencerminkan erosi keyakinan dalam hal prospek perekonomian.

Advertising
Advertising

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah pertemuannya berakhir, The Fed mengatakan risiko terhadap ekonomi tampak kurang lebih seimbang. Namun otoritas moneter AS tersebut akan terus memantau perkembangan ekonomi dan keuangan global serta menilai implikasinya terhadap prospek ekonomi.

Ekonomi AS sendiri dinyatakan telah tumbuh dengan tingkat yang kuat dan pasar kerja terus membaik. The Fed juga mencatat bahwa sedikit kenaikan suku bunga secara bertahap akan diperlukan. Hal ini mengindikasikan persiapannya untuk menghentikan menaikkan biaya pinjaman.

Keputusan The Fed untuk kembali menaikkan biaya pinjaman kemungkinan akan menyulut kekesalan Presiden AS Donald Trump, yang telah berulang kali mengkritik langkah pengetatan The Fed dan menilainya mengacaukan ekonomi.

Penaikan suku bunga oleh The Fed dilakukan guna mengurangi dorongan yang diberikan kebijakan moneter terhadap ekonomi. Ekonomi dinilai tumbuh lebih cepat dari apa yang dilihat oleh para pembuat kebijakan sebagai tingkat yang berkelanjutan.

Meski begitu, ada kekhawatiran bahwa perekonomian Negeri Paman Sam bisa bergejolak pada tahun depan. Hal ini dikhawatirkan terjadi ketika dorongan fiskal dari pengeluaran dan paket pemotongan pajak senilai US$1,5 triliun memudar dan ekonomi global melambat.

The Fed juga membuat penyesuaian teknis, dengan menaikkan suku bunga yang dibayarkannya atas cadangan bank di bank sentral itu sebesar hanya 20 basis poin, demi memberikan kontrol yang lebih baik seputar suku bunga dan menjaganya tetap dalam kisaran yang ditargetkan.

Kendati demikian, arah kenaikan suku bunga yang digambarkan dirasa lebih agresif daripada yang pasar perkirakan. Sebelum pertemuan ini, para pedagang berspekulasi bahwa The Fed akan menyampaikan tidak lebih dari satu kenaikan suku bunga pada tahun depan.

Bursa saham AS melorot pascarilis pernyataan The Fed. Sementara itu, dolar AS, yang melemah sebelum keputusan, kembali mendapatkan sedikit kenaikannya terhadap sebagian besar mata uang utama.

Baca: Rating Negatif Utang Perbankan Dipengaruhi Kenaikan Suku Bunga

“Saya rasa pasar ingin mendengar lebih banyak dalam hal jeda (pengetatan suku bunga),” kata Jamie Cox, managing partner di Harris Financial Group, Virginia, seperti dilansir Reuters. “Ini tidak se-dovish seperti yang diperkirakan, tetapi saya yakin The Fed pada akhirnya akan mundur lebih jauh saat kita memasuki tahun baru.”

BISNIS

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

13 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

18 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

3 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

6 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

6 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

7 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya