Rupiah Menguat, Gubernur Bank Indonesia Beri Penjelasan

Jumat, 2 November 2018 16:00 WIB

Pegawai bank menghitung uang dolar Amerika Serikat pecahan 100 dolar dan uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, 20 Agustus 2018, bergerak melemah 20 poin ke level Rp 14.592 dibanding sebelumnya Rp 14.572 per dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubenur Bank Indonesia atau BI, Perry Wajiyo mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah terus menguat pada hari ini. Menurut Perry, hal ini karena kebijakan BI melalui instrumen Domestic Non-Delivery Forward (DNDF) yang dianggap berhasil.

Baca: Tim Prabowo - Sandiaga: Kebijakan Jokowi Gagal Jaga Rupiah

"Ada 11 bank bertransaksi DNDF. Saat ini DNDF diperdagangkan Rp 15.120 per dolar AS. Jadi ini menguat tidak hanya DNDF, yang offshore juga ikuti penguatan," kata Perry ditemui usai mengikuti salat Jumat di kantor Bank Indonesia, Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, Jumat, 2 November 2018.

DNDF adalah transaksi derivatif valas terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. Kebijakan ini telah resmi diberlakukan sejak 1 November 2018 kemarin.

Adapun pengeluaran kebijakan DNDF oleh BI ialah untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu juga untuk pendalaman pasar valuta asing domestik dan menambah alternatif instrumen lindung nilai.

Sementara itu, menurut Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR pada Jumat, 2 November 2018 nilai tukar rupiah berada pada level Rp 15.089 per dolar AS. Sementara itu, melansir data RTI, hingga pukul 14.25 WIB, di pasar sekunder rupiah diperdagangkan menguat ke level Rp 15.100 per dolar AS atau menguat 0,10 persen.

Perry juga menjelaskan penguatan rupiah juga terjadi karena pergerakan pasar valuta asing sangat bagus. Penguatan ini, menurut dia, karena murni mekanisme pasar yang terjadi. Karena itu, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada pada pelaku pasar dan juga perbankan yang aktif di pasar valuta asing.

Meskipun begitu, Perry menjelaskan penguatan rupiah itu juga disebabkan oleh beragam faktor. Mulai dari faktor internal maupun juga faktor eksternal.

"Kepercayaan internasional terhadap pemerintah dan Bank Indonesia, dari langkah bersama keduanya untuk pendalaman pasar menjadi faktor yang memang mendorong rupiah menguat dan stabil," kata Perry.

Baca: 4 Tahun Jokowi, Rizal Ramli Kritik Pertumbuhan, Utang Hingga Kurs

Selain itu, lanjut Perry, sejumlah faktor global juga ikut mempengaruhi. Seperti ketegangan perdagangan antara Amerika dan Tiongkok. Kedua hal ini, menurut Perry, telah ada arah untuk mencari solusi. Tapi faktor domestik berperan penting untuk membuat rupiah semakin stabil dan menguat.

Berita terkait

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

21 jam lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

1 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

1 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

1 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

1 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

1 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya