Di DPR, Sri Mulyani Beberkan Pertumbuhan Ekonomi Hingga Rupiah
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 17 Juli 2018 18:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan capaian semester I Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 kepada Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi semester I 2018 akan berada pada 5,1 persen.
Baca: Kemiskinan 9,82 Persen, Sri Mulyani: First Time in History
"Pertumbuhan ekonomi 51 persen terutama didukung oleh peningkatan investasi dan perdagangan internasional," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja Banggar DPR soal ekonomi makro semester I dan proyeksi asumsi ekonomi makro semester II, Selasa, 17 Juli 2018.
Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi semester II akan mancapai 5,3 persen. Dengan begitu, secara tahunan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2 persen. Hal tersebut menunjukkan penurunan dari target 2018 yang sebesar 5,4 persen.
Menkeu juga menyampaikan inflasi pada semester I 2018 mencapai 3,1 persen, sedangkan di semester II inflasi akan berkisar 3,5 persen. Secara tahunan, inflasi akan mencapai 3,5 persen atau sesuai dengan target APBN 2018.
Pada kondisk ekonomi makro semester I 2018, seperti rupiah rata-rata berada di angka Rp 13.746 per dolar Amerika Serikat. Untuk semester II Sri Mulyani memperkirakan rupiah akan mencapai rata-rata Rp 14.200 per dolar AS.
"Dengan begitu proyeksi atau outlook hingga akhir tahun rata-rata mencapai Rp 13.973 per dolar AS. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan target APBN sebesar Rp 13.400 per dolar AS," ujar Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani pada semester I suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) sebesar 4,3 persen, sedangkan pada semester II diprediksi akan meningkat menjadi 5,6 persen. Hal tersebut membuat akumulasi suku bunga SPN secara tahunan akan mencapai 5,0 persen atau lebih rendah dibandingkan target APBN sebesar 5,2 persen.
Pemerintah juga menyampaikan soal harga minyak yang lebih tinggi dari target harga di APBN 2018. Harga minyak pada semester I 2018, rata rata mencapai 67 dolar per barel. "Untuk proyeksi semester II kami perkirakan berada pada angka 73 dolar per barel. Sehingga hingga akhir tahun mencapai 70 dolar per barel," katanya. Harga minyak itu lebih tinggi dari pada target APBN sebesar 48 dolar per barel.
Lifting minyak rata rata pada semester I mencapai masing masing 758 ribu barel per hari. Sedangkan proyeksi pada semester II 792 ribu barel per hari. Dengan begitu pada akhir tahun akan berada pada 775 ribu barel per hari. Hal tersebut di bawah target sebesar 800 ribu barel per hari.
Baca: Dorong Penerimaan Negara, Ini Cara Sri Mulyani Genjot Rasio Pajak
Sedangkan pada lifting gas pada semester satu rata-rata sebesar 1.146.000 barel per hari. Pada semester rata-rata II 1.086.000 barel per hari. Sehingga pada akhir tahun akan mencapai rata-rata sebesar 1.116.000 barel per hari. "Keseluruhan outlook lifting minyak dan migas berada di bawah target," ujar Sri Mulyani.