Chatib Sebut Indonesia Bisa Manfaatkan Pertumbuhan Global Jika...

Jumat, 26 Januari 2018 21:33 WIB

Chatib Basri. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia yang juga mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, mengatakan ekonomi Indonesia perlu didorong untuk beralih dari berbasis komoditas sumber daya alam menjadi manufaktur supaya turut dapat menikmati kinerja pertumbuhan global. Pasalnya, menurut dia, dampak positif kenaikan pertumbuhan global yang cukup besar hanya bisa dirasakan di Tanah Air jika basis perekonomiannya sudah berubah.

"Negara yang bisa menikmati hal tersebut adalah yang ekonominya berbasis manufaktur," kata Chatib ditemui usai peluncuran Biro Ekonomi dan Riset (Indonesia Bureau of Economic Research/IBER) di Jakarta, Jumat, 26 Januari 2018.

Baca: IMF: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa 6,5 Persen

Chatib menjelaskan bahwa andil dari ekspor ke produk domestik bruto Indonesia sebesar 25 persen, dan sebagian besar ekspor adalah energi dan komoditas. Hal tersebut menunjukkan bahwa produk Indonesia tergantung dengan kondisi harga di tingkat global.

Ketika harga batu bara dan minyak sawit naik, misalnya, maka ekonomi Indonesia juga ikut naik seperti yang terjadi pada kurun 2002 hingga 2012. "Namun begitu harganya kolaps, ekonomi Indonesia juga menurun. Itu pula yang menjelaskan mengapa pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal III-2017 bisa tumbuh 5,2 persen (year-on-year/yoy) dan Malaysia 6,2 persen (yoy)," tuturnya.

Penyebab Indonesia tidak turut menikmati hasil pertumbuhan ekonomi dunia adalah karena basis ekonominya bukan manufaktur. Indonesia, kata Chatib, sedang menuju ke arah tersebut dan untuk mencapainya memerlukan waktu. "Kalau mau dorong lagi pertumbuhan ke sana, maka kita harus lari kepada manufacturing-based. Dan itu tidak akan mungkin terjadi seketika," kata dia.

Untuk mendukung ekonomi yang berbasis manufaktur, daya beli masyarakat juga perlu diperkuat. Chatib menilai hal yang perlu dilakukan pemerintah dalam jangka pendek adalah membuat masyarakat supaya memiliki kemampuan untuk belanja.

Terkait pertumbuhan itu pula, Chatib mengungkapkan yang perlu diperhatikan khususnya terhadap orang miskin bisa belanja kalau dapat uang. "Apakah caranya melalui bantuan langsung tunai, program keluarga harapan, atau cash for work, pokoknya dia diberi uang. Segala macam program seperti itulah yang menolong (daya beli)," katanya.

ANTARA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

1 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

2 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

3 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

3 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

3 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

6 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

7 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

10 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya