TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mempengaruhi perkembangan industri pariwisata di Tanah Air.
CEO Smailing Tour and Travel Service Anthony Akili mengatakan pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat yang terjadi belakangan ini sedikit-banyak memberikan tekanan kepada perusahaan.
"Kami sudah melewati beberapa kali krisis ekonomi, tapi masih bisa tetap bertahan dengan kontrol ketat terhadap pengeluaran," paparnya saat diskusi The Singapore Dialogue, Selasa, 1 September 2015.
Pihaknya juga terus melakukan berbagai strategi yang bisa dilakukan agar roda bisnis tetap bisa berputar, di antaranya bekerja sama dengan para partner untuk memberikan kemudahan pembayaran bagi konsumen.
Selain itu, Smailing juga aktif melakukan komunikasi dengan para prinsipal supaya bisa memberikan tawaran terbaik untuk akomodasi atau transportasi, sehingga bisa menekan biaya dan membuat harga paket lebih bersaing.
Di sisi lain, terpuruknya rupiah ternyata memberikan berkah bagi industri hotel, khususnya jaringan hotel internasional, karena wisatawan asing tidak merasakan dampak negatif dari penguatan dolar AS.
"Dengan melemahnya rupiah, Indonesia menjadi destinasi wisata yang lebih murah dan menarik banyak wisatawan inbound," papar Adi Satria, Vice President Sales, Marketing and Distribution Accor Hotel untuk Malaysia, Indonesia, dan Singapura.
Untuk memanfaatkan peluang tersebut, perusahaan pun mulai melebarkan sayap untuk menarik konsumen secara offline dan online, serta menjalin kerja sama dengan pemain lain.
BISNIS.COM