TEMPO Interaktif, Garut - Perusahaan Listrik Negara Distrbuisi Jawa Barat-Banten bersama Universitas Padjadjaran, meluncurkan jaringan listrik bertenaga bioenergi di kampung Cihurang, Desa Cijayana, Kecamatan Mekamukti, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (11/8).
Pada tahap pertama, pemasangan listrik dilakukan kepada 32 kepala keluarga. "Ini untuk membantu masyarakat yang sulit terjangkau jaringan PLN," ujar Rektor Unpad Gandjar Kurnia, usai acara peluncuran di lokasi.
Menurutnya, pemasangan instalasi listrik ini, tidak memakan biaya mahal. Infrastruktur kelistrikkan hanya menghabiskan Rp3,5 juta untuk pemasangan bagi 10 kepala keluarga. Dana itu digunakan untuk pengadaan reaktor, genset, selang dan kabel listrik. Sedangkan untuk menerangi warga kampung Cihurang hanya diperlukan dua infrastruktur.
Energi listrik yang dihasilkan berasal dari kotoran hewan seperti sapi, kerbau dan domba. Kotoran itu dimasukan ke dalam reaktor yang terbuat dari fiberglass. Setelah ditutup rapat dan disimpan beberapa lama, kotoran itu akan menghasilkan gas metan. Gas inilah yang kemudian menjadi bahan bakar untuk menggerakan genset sebesar 1.000 watt.
Sebelum dialirkan ke genset, gas metan dalam tabung penyimpanan terlebih dahulu disalurkan ke water traf. Tabung kecil yang berisi air kapur itu berfungsi untuk menjaga kualitas gas metan dan menetralisir gas lain yang bersumber dari dalam tabung. Dengan menggunakan selang kecil gas itu ditampung dalam gas holder. Tabung plastik itu berfungsi mengatur volume gas yang akan masuk kedalam genset.
Manager Are Pelayanan Jaringan PLN Garut, Usman Coleng, menyatakan pemanfaatan energi alternatif terbarukan ini, relatif tidak menimbulkan polusi. Penggunaannya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, diantaranya menghemat pengeluaran rumah tangga. Kotoran dua ekor sapi dapat menghemat pengeluaran sebesar Rp15.000 perhari, karena gas yang dihasilkan setara dengan 1,9 kilogram elpiji atau 2,5 liter minyak tanah. "Dibandingkan dengan menggunakan jaringan listrik 450 watt, biogas dapat menghemat pembayaran sebesar Rp50 ribu perbulan," ujarnya.
Penggunaan biogas ini pun dapat menghemat pengeluaran anggaran negara. Karena investasi pemasangan jaringan listrik biogas hanya memerlukan biaya sebesar Rp3,5 juta untuk 10 kepala keluaraga. Sedangkan untuk pemasangan listrik biasa dana yang diperlukan mencapai Rp1,150 juta per kepala keluarga. Dengan begitu negara dapat menghemat anggarannya sebesar Rp 5 miliar pertahun, karena biaya perawatannya hampir tidak ada. "Namun untuk jaringan listrik biasa perawatan dalam satu bulannya mencapai Rp250 ribu/KK," ujarnya.
SIGIT ZULMUNIR