Pertumbuhan Memble, Tim Ekonomi Harus Dievaluasi  

Reporter

Rabu, 6 Mei 2015 06:46 WIB

Pengerjaan MRT di kawasan Blok M, telah memasuki tahap pembangunan pondasi jalan layang atau elevated, dari Fatmawati-Blok M yang dijadwalkan rampung pada April 2016. Jakarta, 27 April 2015. M IQBAL ICHSAN/ TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati mengatakan tim ekonomi Kabinet Kerja sudah saatnya dievaluasi. Penyebabnya, angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2015 yang hanya sebesar 4,71 persen.

"Melihat tren penurunan seperti ini, berarti ada mismanajemen di bidang ekonomi. Dan itu harus segera dievaluasi untuk mencapai target pertumbuhan tahunan 5,7 persen," ujar Enny saat dihubungi, Selasa, 4 Mei 2015.

Ennya menambahkan, angka pertumbuhan kuartal pertama ini merupakan level terendah sejak 2009, ketika ekonomi dunia merosot akibat krisis ekonomi global akhir 2008. Bahkan, pada kuartal pertama tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen.

Bidang ekonomi makro dan mikro di Kabinet Kerja, ucap Enny, sama pentingnya untuk dievaluasi. Perlunya dua bidang itu dievaluasi untuk dicari tahu mana yang memberi kontribusi menghambat kinerja tim.

"Produksi tahunan menurun di berbagai bidang, yaitu pertanian, industri, atau pertambangan. Sedangkan sektor perdagangan butuh menjual banyak untuk menggenjot pertumbuhan," tuturnya.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan melambatnya pertumbuhan triwulan pertama 2015 dapat mengerek turun pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun. Pertumbuhan ekonomi bisa mengarah ke batas bawah pada 5,4-5,8 persen.

Pencapaian tingkat pertumbuhan ini akan dipengaruhi seberapa besar dan cepat realisasi berbagai proyek infrastruktur yang direncanakan pemerintah. “Selain itu, konsumsi harus dijaga tetap kuat dan perbaikan ekspor yang gradual,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 Mei 2015.

Tirta berujar, pelemahan pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama 2015 terutama didorong melemahnya kinerja beberapa komponen permintaan domestik, seperti konsumsi lembaga nonprofit, konsumsi pemerintah, dan investasi pada sektor bangunan.

INDRI MAULIDAR | TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

2 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

17 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

4 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

4 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

5 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

7 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya