Andalkan Ekspor, Ekonomi Indonesia Sulit Bersaing  

Senin, 6 Oktober 2014 12:01 WIB

Suasana kawasan sekitar Bundaran HI usai diguyur hujan di Jakarta (8/1). Target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,4-6,9 persen pada tahun 2014 dinilai realistis. Hal ini terkait dengan kondisi ketidakstabilan global yang masih akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia memprediksi Indonesia bakal sulit bersaing dengan negara tetangga karena pertumbuhan ekonominya masih bergantung pada ekspor komoditas. Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Axel Van Trotsenburg, mengatakan perekonomian negara maju sebenarnya sudah pulih.

Trotsenburg mengatakan dampak pemulihan ekonomi bagi setiap negara berbeda-beda, tergantung pada iklim investasi dan kondisi ekspor negara tersebut. "Cina, Malaysia, Vietnam dan Kamboja dalam posisi meningkatkan ekspor," ujarnya melalui live streaming di kantor Bank Dunia, gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 6 Oktober 2014. (Baca: ADB Revisi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia )

Ia menyatakan, secara keseluruhan, negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun ini. Namun negara-negara itu diyakini mampu memperbaiki perekonomian masing-masing, tidak seperti Indonesia. Indonesia diprediksi hanya mampu mencatatkan pertumbuhan 5,2 persen pada tahun ini, turun dibanding tahun lalu yang mencapai 5,8 persen.

"Perbaikan ekonomi terjadi jika pemerintahnya menerapkan agenda reformasi, termasuk menghilangkan hambatan-hambatan investasi, meningkatkan daya saing ekspor, dan mengatur belanja negara," ujarnya. (Baca: Penghapusan Pilkada Langsung Tekan Kurs Rupiah)

Prediksi Bank Dunia, negara berkembang di Asia Timur tahun ini dan tahun depan akan tumbuh rata-rata 6,9 persen. Khusus Cina, pertumbuhan ekonominya akan melambat menjadi 7,4 persen tahun ini dan 2015 diperkirakan 7,2 persen.

Dalam laporan mereka hari ini, pertumbuhan ekonomi Malaysia diperkirakan naik menjadi 5,7 persen dari sebelumnya yang diprediksi berada di angka 4,9 persen. "Tingkat ekspor Malaysia cukup tinggi di paruh pertama," kata Trotsenburg. (Baca: Ekonom: Pemerintah Waspadai Kurs Rupiah di APBN)

Pertumbuhan Kamboja diprediksi naik menjadi 7,2 persen, yang didorong ekspor garmen mereka yang meningkat serta perbaikan ekonomi Thailand ke depan. "Jika kerusuhan politik tidak terjadi," ujar Trotsenburg.

Khusus Filipina, pengiriman uang oleh pekerja migran mereka mendorong konsumsi swasta yang berkontribusi lebih dari setengah pertumbuhan negara itu. Pertumbuhan mereka diprediksi 6,4 persen tahun ini dan 6,7 persen tahun depan.



JAYADI SUPRIADIN

Terpopuler:
Unjuk Rasa Berakhir Ricuh, FPI Salahkan Ahok
Koalisi Prabowo Diklaim Dukung Perpu Pilkada
Ini Profil Nurhayati Calon Ketua MPR dari Demokrat
Kronologi Tabrakan Mobil Hotman Vs Mobil Boks

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

5 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

16 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

19 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

4 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

4 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

5 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

7 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya